Sukabumi, Demokratis
Sejumlah wartawan dari berbagai media menyesalkan sikap arogansi yang dipertontonkan oleh oknum Kasi Perencanaan Tanah ATR/BPN Kabupaten Sukabumi, Jumalianto, saat mereka mengkonfirmasi kelanjutan program PTSL tahun 2021 di Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja.
Padahal sejumlah awak media menjalankan tugas jurnalistiknya untuk mencari informasi sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (UU Pers). Namun kedatangan awak media tidak disambut dengan baik oleh pihak ATR/BPN Kabupaten Sukabumi yang diwakili Kasi Perencanaan Tanah, Jumalianto.
Dengan bernada angkuh saat ditemui di ruangannya, Jumalianto mengatakan bahwa program PTSL di Desa Langensari tidak masalah. “Tidak ada masalah!!!” teriak Jumalianto, Selasa (16/2/2021) lalu.
Jumalianto pun menyarankan wartawan untuk kembali menanyakan kepada Kepala Desa Langensari. “Kalau sampai nanti waktunya, dari pihak desa belum bisa menyelesaikan administrasi ajudikasi dan apabila tidak memenuhi persyaratan, kita pending (tunda),” ancamnya.
Menanggapi hal ini, Prima wartawan Pers MGSTV mengatakan, sebagai pejabat publik, Kasi Perencanaan Tanah, Jumalianto, seharusnya bisa memberikan contoh yang baik menyikapi persoalan tersebut, bukan malah alergi dan arogan menghadapi kedatangan awak media.
“Kedatangan saya hanya ingin mengklarifikasi untuk meminta penjelasan pihak BPN Kabupaten Sukabumi tentang kebenaran berita yang beredar di masyarakat Langensari terkait program PTSL yang rencananya di-pending oleh pihak BPN Kabupaten Sukabumi,” ungkap Prima.
“Saya bersama awak media yang lainnya, hanya ingin meminta penjelasan saja, supaya tidak terjadi informasi yang simpang siur. Jangan karena miskomunikasi antara kepala desa dengan pihak BPN warga masyarakat dikorbankan,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Iwan wartawan Demokratis. Menurutnya, kedatangan mereka yang ketiga kalinya hanya untuk meminta waktu bertemu Kasi Perencanaan Tanah BPN Kabupaten Sukabumi untuk melakukan klarifikasi.
“Kunjungan pertama dan kedua tidak bisa bertemu dengan alasan sibuk rapat. Pada hari ketiga, kami baru bisa bertemu. Namun ketika ketemu Jumalianto sikapnya kurang kooperatif dan terkesan arogan,” katanya.
“Kalau cara pejabat menghadapi awak media seperti itu, dikhawatirkan jadi penyebab beredarnya berita hoax, karena tidak adanya keterbukaan informasi. Saya sangat menyesalkan dengan sikapnya tersebut, seharusnya Kasi itu profesional dalam melayani masyarakat,” sesalnya. (Iwan)