New York, Demokratis
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan, Jalur Gaza, Palestina telah menjadi “ladang pembantaian” karena perang genosida Israel yang sedang berlangsung, yang mengakibatkan tewasnya lebih dari 50 ribu warga Palestina dan melukai lebih 115 ribu lainnya.
Sekjen Guterres mengatakan, wilayah kantong Palestina itu telah ditinggalkan tanpa “setetes bantuan pun” selama lebih dari sebulan, dan situasinya terbukti mengerikan bagi penduduk Palestina di daerah kantong itu.
“Lebih dari sebulan penuh telah berlalu tanpa setetes pun bantuan ke Gaza. Tidak ada makanan. Tidak ada bahan bakar. Tidak ada obat-obatan. Tidak ada pasokan komersial,” katanya kepada wartawan di New York, dikutip dari WAFA, Rabu (9/4/2025).
“Ketika bantuan telah mengering, pintu air kengerian telah terbuka kembali. Gaza adalah ladang pembantaian – dan warga sipil berada dalam lingkaran kematian yang tak berujung,” urainya.
Kepala PBB menegaskan kembali, berdasarkan hukum internasional, Israel berkewajiban untuk mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza bagi warga Palestina di wilayah yang diduduki.
“Tidak ada pasokan kemanusiaan yang dapat memasuki Gaza. Sementara itu, di titik-titik penyeberangan, pasokan makanan, obat-obatan, dan tempat berlindung menumpuk, dan peralatan vital tertahan,” urai Sekjen Guterres.
Meskipun PBB “siap dan bertekad untuk mengirimkan” bantuan, Sekjen Guterres mengatakan “mekanisme otorisasi” yang baru diusulkan Israel untuk pengiriman bantuan “berisiko semakin mengendalikan dan membatasi bantuan hingga kalori dan tepung terakhir”.
“Saya tegaskan, kami tidak akan berpartisipasi dalam pengaturan apa pun yang tidak sepenuhnya menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan: kemanusiaan, ketidakberpihakan, kemerdekaan, dan kenetralan. Akses kemanusiaan tanpa hambatan harus dijamin,” katanya.
Menanggapi usulan Trump untuk membawa “warga Palestina dan memindahkan mereka ke berbagai negara”, Sekjen menambahkan: “Warga Palestina memiliki hak untuk hidup di Palestina, di negara Palestina, berdampingan dengan negara Israel. Dipaksa untuk dipindahkan adalah melanggar hukum internasional.”
Hingga kemarin, otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi jumlah korban tewas Palestina akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 telah meningkat menjadi 50.810 kematian yang terdokumentasi, dengan tambahan 115.688 orang mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. (IB)