New York, Demokratis
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut Suriah kini menghadapi peluang bersejarah untuk mengejar masa depan yang damai dan stabil.
“Setelah 14 tahun perang brutal dan jatuhnya rezim diktator, hari ini rakyat Suriah dapat memanfaatkan kesempatan bersejarah untuk membangun masa depan yang stabil dan damai,” kata Guterres, Minggu (8/12/2024), seperti dikutip dari Anadolu Agency.
“Masa depan Suriah adalah hak rakyat Suriah untuk menentukan, dan utusan khusus saya akan bekerja sama dengan mereka untuk mewujudkannya,” tegasnya.
Guterres menekankan pentingnya upaya besar untuk memastikan transisi politik yang tertib menuju pembaruan institusi.
“Pada masa sensitif ini, penting untuk menjaga ketenangan, menghindari kekerasan, dan melindungi hak-hak seluruh rakyat Suriah tanpa diskriminasi,” tambah dia.
Guterres juga menegaskan keberadaan tempat dan personel diplomatik serta konsuler harus dihormati dalam segala situasi sesuai dengan hukum internasional.
Untuk ke depannya, dia menyoroti perlunya dukungan internasional untuk memastikan bahwa transisi politik Suriah bersifat inklusif, menyeluruh, dan selaras dengan aspirasi sah rakyatnya.
“Kedaulatan, kesatuan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Suriah harus dipulihkan,” ujarnya.
PBB juga tetap berkomitmen untuk menghormati kenangan mereka yang telah menderita selama konflik berlangsung.
Guterres menegaskan dedikasi organisasi tersebut untuk membantu rakyat Suriah membangun negara yang menjunjung keadilan, kebebasan, rekonsiliasi, dan kesejahteraan bagi semua.
“Inilah jalur menuju perdamaian yang berkelanjutan di Suriah.”
PBB Segera Kunjungi Sejumlah Wilayah Suriah
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Tom Fletcher, mengumumkan rencananya untuk segera mengunjungi sejumlah wilayah di Suriah.
Dia menyebutkan bahwa perkembangan situasi di Suriah berlangsung dengan ‘kecepatan luar biasa’.
Melalui unggahannya di platform media sosial X, Minggu, Fletcher menyoroti lebih dari satu dasawarsa konflik di Suriah yang telah menyebabkan jutaan orang mengungsi.
“Kami akan merespons kapan pun, di mana pun, dan dengan cara apa pun yang memungkinkan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, termasuk melalui pusat-pusat penerimaan – menyediakan makanan, air, bahan bakar, tenda, dan selimut,” ujarnya.
Dia juga menekankan bahwa semua pihak harus melindungi warga sipil, infrastruktur sipil, dan petugas misi kemanusiaan.
Fletcher menambahkan pentingnya memberikan kesempatan bagi mereka yang mengungsi untuk kembali dengan aman dan sukarela jika memungkinkan.
Dia menyatakan telah berkomunikasi secara intens dengan tim-tim kemanusiaan di Suriah dan wilayah sekitarnya untuk memastikan kerja sama dan komunikasi yang kuat.
“Kami juga akan mengumpulkan mitra-mitra utama sebelum saya mendatangi wilayah tersebut,” katanya menambahkan.
Setelah periode relatif tenang, bentrokan antara pasukan rezim Assad dan kelompok anti-rezim kembali pecah pada 27 November di daerah pedesaan barat Aleppo, kota besar di utara Suriah.
Selama lebih dari 10 hari, pasukan oposisi melancarkan serangan kilat, merebut kota-kota penting, dan pada Minggu berhasil menguasai ibu kota, Damaskus.
Serangan cepat itu, yang didukung oleh unit-unit militer yang membelot, mengakibatkan rezim Assad runtuh setelah 13 tahun perang saudara berlangsung. (IB)