Jakarta, Demokratis
Masa purnatugas Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kian dekat. Sebagai mitra TNI yang akan melaksanakan fit and proper test, Komisi I DPR berharap surat presiden (surpres) yang berkaitan dengan panglima baru TNI sudah sampai di tangan mereka awal bulan depan. Sebab, tepat 8 November tahun ini Hadi memasuki usia pensiun. Awal Desember nanti dia harus meletakkan jabatan.
Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon menyampaikan, pihaknya memperkirakan surpres tersebut masuk ke DPR sebelum 8 November. “Perkiraan kami antara (tanggal) 1 sampai tanggal 5 (November),” ungkap legislator PDIP itu. Dengan begitu, mereka bisa mempersiapkan dan menyelenggarakan agenda fit and proper test sebelum Hadi meletakkan jabatannya.
Walau belum mengetahui sosok yang akan diberi kepercayaan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggantikan Hadi, Effendi memastikan bahwa komisi I akan mendukung pilihan mantan gubernur DKI itu. “Kami prinsipnya mendukung yang akan diusulkan presiden,” imbuhnya.
Dari kacamata Komisi I DPR, tiga kepala staf TNI memiliki kapasitas mumpuni untuk menjadi panglima TNI. Tiga kepala staf itu adalah KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, dan KSAU Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.
Menurut Effendi, tiga orang itu punya peluang yang sama untuk ditunjuk presiden. Sebab, dalam undang-undang (UU) disebutkan bahwa panglima TNI harus pernah menduduki posisi kepala staf di Angkatan Darat, Angkatan Laut, atau Angkatan Udara. “Semuanya kami pertimbangkan, apakah surpres itu nanti mengajukan siapa di antara yang memang memenuhi ketentuan sesuai UU TNI,” bebernya.
Dengan kondisi saat ini, Effendi menilai panglima TNI berikutnya harus bisa melakukan penguatan di tiga matra. Sebab, kekuatan di laut, udara, maupun darat dibutuhkan untuk memastikan kedaulatan negara selalu terjaga. Meski ada eskalasi yang melibatkan banyak negara di Laut China Selatan (LCS), Effendi menyebut penguatan yang dibutuhkan tetap merata. Tidak melulu di laut saja. Darat dan udara juga tetap perlu diperkuat. “Jadi, yang sangat penting komprehensif,” imbuhnya.
Belakangan, KSAL Laksamana TNI Yudo Margono dan KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa disebut-sebut punya kans lebih besar menduduki posisi orang nomor satu di institusi militer tanah air. Rotasi antarmatra yang biasa dilakukan presiden sebelum menunjuk panglima TNI membuat kesempatan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo lebih kecil daripada dua kepala staf lainnya. Sebab, panglima TNI saat ini juga berasal dari Angkatan Udara. (Kurai)