Ruangguru menyebut bahwa sepanjang tahun 2020 lalu, ada lebih dari 22 juta masyarakat Indonesia yang telah menggunakan layanan mereka dan menerima bantuan sosial pendidikan, atau melalui hasil inovasi produk berkelanjutan selama masa pandemi.
Hal tersebut diungkapkan oleh platform belajar online ini melalui Laporan Dampak Ruangguru 2020.
Ruangguru juga memberikan akses peningkatan keterampilan mengajar kepada lebih dari 300 ribu guru, serta mendampingi 500 komunitas guru dan keluarga yang tersebar di Indonesia.
“Laporan Dampak Ruangguru 2020 adalah upaya kami untuk menilai efektivitas dan dampak yang tercipta dari seluruh program, inisiatif, serta produk dan layanan yang diberikan oleh Ruangguru,” kata Belva Devara, Pendiri dan Direktur Utama Ruangguru.
“Fakta bahwa lebih dari 22 juta masyarakat Indonesia baik dari kalangan pelajar dan guru merasakan dampak positif dari kerja keras kami merupakan hal yang menggembirakan bagi seluruh tim Ruangguru,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Belva mengatakan bahwa rencana dan strategi utamanya di 2021 adalah akan menggunakan apa yang telah kami pelajari pada tahun 2020, untuk terus berkembang, berinovasi dan berkolaborasi.
Di sisi lain, Pendiri dan Direktur Produk & Kerja Sama Ruangguru Iman Usman menambahkan bahwa salah satu faktor yang mendorong peningkatan signifikan pengguna Ruangguru di 2020 adalah pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang menuntut siswa dan guru berkawan dengan teknologi.
“Saat ini, pembelajaran daring memiliki penerimaan yang lebih baik di antara para pelajar sekolah dan pelajar sepanjang hayat, dan sudah lebih banyak guru di Indonesia yang berhasil meningkatkan keterampilan mereka untuk mengajar jarak jauh,” kata Iman.
“Peningkatan pengguna sebesar 7 juta pengguna, dari 15 juta ke 22 juta pengguna, di tahun 2020 merupakan kepercayaan besar yang diberikan oleh masyarakat Indonesia kepada kami. Kami akan terus berupaya untuk menghadirkan inovasi berdampak bagi pendidikan berkualitas di Indonesia,” lanjut dia.
Laporan Dampak Ruangguru 2020 sendiri disusun dengan menggabungkan berbagai macam metode kuantitatif dan kualitatif terhadap penerima program dan pengguna produk.
Secara kuantitatif, kami menilai tingkat engagement akses di aplikasi, tingkat partisipasi dan keaktifan peserta, dan tingkat kepuasan peserta. Platform tersebut juga melaksanakan evaluasi belajar di awal dan di akhir program untuk melihat perubahan kompetensi peserta, baik secara kognitif maupun afektif.
Asesmen kualitatif juga kami laksanakan secara berkala, melalui diskusi kelompok, wawancara mendalam dan survei kualitatif kepuasan program.
“Kami berharap Laporan Dampak Ruangguru dapat menjadi masukan berbasis bukti yang dapat digunakan oleh publik secara luas untuk berkontribusi ke dalam sektor pendidikan,” tambah Amri Ilmma, Head of Public Policy Ruangguru. (Ic/Dem)