Opini tentang calon presiden tahun 2024 yang akan berlangsung tiga tahun lagi semakin ramai diperbincangkan membuat sejumlah pihak merasa resah. Terutama wacana pembicaraan figur Puan Maharani yang kini menjabat Ketua DPR RI dan Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah sebagai calon presiden. Kedua calon yang digadang-gadang ini karena sama berasal dari satu partai, yakni Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan. Jadi tak enak hati, rusak keharmonisan karena persaingan.
Akibatnya para pendukung partai berlambang banteng moncong putih berbeda pendapat, masing-masing mengunggulkan calonnya. Kebetulan pula keduanya tokoh inti yang bobotnya sama dan sukar dibedakan. Kata orang Melayu: bagai pinang dibelah dua. Yang sepantasnya jangan dicalonkan bergandengan. Selayaknya yang ideal satu saja cukup.
Alternatifnya yang lain mungkin dua-duanya tidak menjadi calon, tetapi berani mengajukan kandidat yang lain. Masalahnya calon lain di luar yang dua itu apakah itu mungkin dilakukan. Sulit menjawabnya karena arus besar dalam intern PDI Perjuangan kedua calon itu tokoh andal serta dua-duanya ideal serta punya pengikut loyalis relatif banyak. Lagi pula terlanjur diekspos. Kata rakyat, sudah terlanjur basah.
Tidak terlalu salah jika sejauh ini ada yang berpendapat bahwa selain Megawati Soekarnoputri tokoh ideal PDI Perjuangan hanyalah Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. PDI Perjuangan besar dengan tiga tokoh tersebut. Tanpa nama itu, ide teras Marhaenisme pada partai wong cilik ini biasa-biasa saja. Bahkan dapat kehilangan greget gerakannya.
Dalam kaitan itu, menarik untuk memahami peringatan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati, baru-baru ini. Yaitu mengistruksikan agar seluruh anggota partai menutup mulut terkait bursa calon presiden dan wakil presiden 2024 dari PDI Perjuangan (Fajar 27/8/2021).
Tidak tanggung-tangung peringatan itu berbentuk instruksi partai yang ditandatangani ketua umum dan sekretaris jenderal yang diikuti pemberian sanksi kepada kader yang melakukan pelanggaran peringatan tersebut. Demikian isi instruksi.
Pernyataan serius ini maksud dan tujuannya tentu saja termasuk agar jangan bicara pro kontra Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. ”Utamanya terhadap situasi yang dihadapi negara dan rakyat pada saat ini,” kata Fenando seorang pengamat politik di Jakarta (genpi.co 27/8/2021).
Dalam kaitan soalan calon presiden dari PDI Perjuangan tahun 2024 yang akan datang terdapat dilema besar dan serius juga. Logikanya adalah memilih salah satu dua tokoh ideal tersebut, apakah Puan Maharani atau Ganjar Pranowo mengingat dua-duanya terlanjur muncul ke publik. Tidak bisa ditarik lagi.
Baliho sudah dipajang di mana-mana. Gendang perdebatan publik sudah ditabuh dan berlangsung pada level akar rumput seperti di kedai kopi, terminal, dan pojok perhentian kenderaan. Dan bahkan bukan tingkat akar rumput saja tapi juga di tingkat elit hingga sampai juga gedung DPR.
Logika inti pikiran calon presiden di PDI Perjuangan yaitu hanya (1) memilih salah satu antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo atau (2) memilih calon di luar itu. Kita mengaminkannya alias setuju. Tinggal kita menunggu.
Dalam perspektif sebagai orang luar PDI Perjuangan kita melihat di situlah wewenang penuh Megawati Ketua Umum PDI Perjuangan untuk memilih jalan terbaik. Itu pula yang memberi agregat kuat atau tidak pada keberadaan PDI Perjuangan selanjutnya. Wallahu a’lam bishawab.
Jakarta, 27 Agustus 2021
*) DR Masud HMN adalah Doktor Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com