Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sikap Politik Muhammadiyah

Rektor Muhammadiyah Jakarta Ma’mun Murod Al Barbasy meski setuju dengan pragmatisme, ia menyampaikan adoptif pada pandangannya terdapat variasi adanya pandangan hidup. Cukup bagus analisanya.

Terutama berpolitik Muhammadiyah di saat pemilihan umum kian mendekat. Ia menulis dalam artikelnya di harian Media Indonesia halaman 6 tanggal 27 September 2023 cukup mencerahkan bagi yang membacanya. Berjudul Klaim Politik Ormas Islam dan Pilpres 2024.

Doktor Ma’mun Murod Al Barbasy yang doktor alumni Universitas Indonesia (UI) itu menguraikan dengan mengawali konsep pragmatisme. Konsep yang menyediakan pandangan hidup mencapai tujuan dengan variasinya. Termasuk yang dipakai organisasi Muhammadiyah dan di luar Muhammadiyah. Penuh keadilan dan tepo seliro tetap dijadikan dasar pijakannya. “Tega larane ora tega patine“ (tega hasilnya saja tak tega sakitnya). Mengutip kata pepatah Jawa.

Gerakan yang mengacu pada tujuan Islam dan bisa mempersatukan bangsa. Itulah pilihan politik. Muhammadiyah menganut grand strategy dalam beramar makruf nahi mungkar. Begitulah seharusnya.

Hendaknya hal itu dapat dilihat dalam organisasi Muhammadiyah satu di antarnya disebut gerakan. Dalam istilah Jawa Muhammadiyah putih (salafi) yang dianut Amir Mulkan. Cirinya sangat rigit dan amat tekstual. Misalnya berpartai harus partai Islam.

Yang kedua adalah gerakan politik yang lebih terbuka dianut antara lain oleh Amin Adullah dan Fauzan Amar. Partai apa saja asal tujuannya untuk Islam. Tidak harus partai yang dipimpin tokoh Islam Muhammadiyah kultural.

Demikianlah partai politik yang dipandang oleh kaca mata Muhammadiyah. Yang amat penting adalah tujuannya. Yaitu sejalan tujuan Muhammadiyah.

Karena itu jangan heran kalau ada tokoh Muhammadiyah ada yang menjadi pegurus partai PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Bahkan ketua umum wilayah Muhammadiyah sekaligus ketua wilayah PDIP. Muhammadiyah kultural. Atau berorientasi Muhammadiyah yang bervariasi dalam sikap politik.

Karena itu tidak heran kalau ada seruan semakin banyak anggota perlemen ke Senayan dari organisasi Muhammadiyah semakin bagus. Meski debatabel adanya. Maksudnya ada yang setuju ada yang tidak. Mestinya ini tidak terjadi.

Pada penghujung analisa kita berpendapat ini punya pendapat sama dengan Ma’mun Murod Al Barbasy, mestinya berpolitiklah secara Islam kaffah. Yakni dalam politik berislam serta mendukung partainya.

Kalau Nahdatul Ulama (NU) ada partai Islamnya yaitu Partai Kebangkitan Kebangsaan (PKB). Muhammadiyah ada partai Islamnya. Sementara yang jelas dengan adanya partai PAN hasil rekomendasi Muhammadiyah.

Atau lain kata tidak ada partai Islam yang bernama Partai Amanat Nasioanal (PAN) kalau saja tidak didirikan Muhammadiyah.

Jakarta, 30 September 2023

*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles