Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

SMA Negeri 1 Kota Tasikmalaya Adakan Workshop ‘Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi’ TA 2023-2024, Upaya Guru dan Siswa Harus Mandiri

Kota Tasikmalaya, Demokratis

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kota Tasikmalaya mengadakan Workshop ‘Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Berbagi’ Tahun Ajaran 2023-2024. Sebelumnya SMAN 1 ini melaksanakan kurikulum merdeka tipe mandiri berubah, dan di 2023-2024 naik level untuk mandiri berbagi. Demikian disampaikan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Tasikmalaya Dr. H. Yonandi, S.Si, M.T, di Hotel Horison Jln. Yudanegara Kota Tasikmalaya, Senin (19/6/2023).

Menurutnya, dalam Kurikulum Merdeka ini dibutuhkan kemandirian. Semua harus mandiri tidak hanya ketika tujuan Kurikulum Merdeka ini memastikan anak-anak bisa mandiri, gurupun harus mandiri.

“Hari ini fokus kepada guru-guru SMA Negeri 1 Kota Tasikmalaya sebanyak 63 orang. Mereka diberi informasi segar yang harapannya nanti bisa termotivasi punya skill mengembangkan kemampuannya. Dan produknya nanti juga sebuah modul ajar untuk Kurikulum Merdeka baik kelas X, XI dan XII,” ucapnya kepada wartawan usai acara.

Kesiapan guru-guru, lanjut dia, Alhamdulillah guru begitu bersemangat, karena mereka sudah memiliki pengalaman selama satu tahun. Bahkan di Kota Tasikmalaya ini baru 2 sekolah yang melaksanakan Kurikulum Merdeka yakni SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 10.

“Perbedaan yang signifikan kurikulum yang dulu dengan sekarang ini adalah difokus pada materi-materi yang esensial dan pengembangan potensi peserta didik, sehingga mereka akan lebih mandiri lagi nantinya,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Cece Sutia, M.Pd, Pengawas dari KCD Wilayah VI menuturkan, ada beberapa hal yang membedakan Kurikulum Merdeka dengan lainnya yakni lebih fokus ke materi yang esensial, sehingga guru-guru memiliki waktu untuk merencanakan pembelajaran yang berpusat kepada anak khususnya dalam rangka meningkatkan literasi, numerasi dan membaca anak-anak kita yang masih jauh ketinggalan dari negara lain.

“Yang kedua, ada pembelajaran berbasis project penguatan profil pelajar Pancasila itu untuk meningkatkan karakter anak-anak Indonesia. Kemudian lebih fleksibel, karena dari kedalaman materi, urutan materi dan pengaturan jam itu diserahkan sepenuhnya kepada satuan pendidikan,” sebutnya.

Menurut Cece, para guru sudah sangat siap. Tinggal memoles dan menyesuaikan, karena perubahan itu memerlukan adaptasi.

“Adanya workshop ini dalam rangka mempersiapkan agar lebih adaptif terhadap kurikulum yang akan dijalankan nanti,” tutur Cece. (Eddinsyah)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles