Subang, Demokratis
Buruknya fasilitas umum sarana transportasi (terminal-red) di wilayah Pantura Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, kerap menjadi perbincangan publik sehari-hari. Tak terkecuali keberadaan Sub Terminal Pagaden yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Fasiltas umum (fasum) Sub Terminal Pagaden banyak dikeluhkan penggunanya. Pasalnya, selain kondisi bangunan yang sudah rusak, tampak pelataran pangkalan terminal bak kubangan kerbau bila di musim hujan.
Tak cuma itu, kebersihan dan kerapihan di sekeliling perkantoran terkesan kumuh, lantaran rerumputan tumbuh liar bak hutan kota, tapi tidak terawat.
Pengamatan awak media di lapangan, bila ruas pembatas jalur pengatur pemberangkatan mobil, selain tampak rapuh ditumbuhi rerumputan liar, beranda ruang tunggu terlihat lapuk, kondisi taman sekitar terkesan tidak terawat.
Wahyudin (25 tahun) seorang penumpang asal Desa Gembor bersama kawan lainnya yang tengah menunggu tumpangan saat ditemui awak media (12/4/2022), mengaku merasa lebih nyaman menunggu di bawah pohon daripada di beranda ruang tunggu terminal. “Enakan duduk di sini, di beranda ruang tunggu tempat duduknya tidak nyaman. Lagian khawatir takut atapnya yang sudah lapuk sewaktu-waktu bisa saja rontok menimpa orang-orang yang duduk di bawahnya,” tutur mereka.
Kepala UPTD Dinas Perhubugan Pagaden, ketika hendak dihubungi (12/4/2022) tidak berada di tempat. Namun seorang koordinator angkutan bus Warga Baru di terminal setempat H. Atim (15/4/2022) saat diwawancarai tidak menampik dengan kondisi terminal seperti itu. Pihaknya berharap bangunan terminal bisa segera dilakukan renovasi secara menyeluruh, agar tidak terlihat jorok sehingga para penggunanya merasa betah dan nyaman.
Pejabat berkompeten di lingkup Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, belum berhasil untuk dimintai tanggapannya, kendati awak media sudah berkali-kali mengunjungi instansi itu.
Wakil Ketua Bidang Hukum dan Kajian, Strategi Ormas Forum Bela Bangsa (FBB) DPD Kabupaten Subang Yudha Kusumah T saat dihubungi (15/4/2022) menyesalkan kinerja Dishub Subang yang terkesan kurang peduli terhadap permasalahan yang muncul di lapangan.
Kesanya ironis memang, di sub-sub terminal di Kabupaten Subang terus digenjot menggali PAD, kadang hari-hari liburpun petugas terlihat berlangsung memungut retribusi, sementara prasarana dan sarana tidak diperhatikan khususnya Sub Terminal Pagaden. Di sisi lain keberadaan terminal dan sub terminal kurang berfungsi. Seperti Sub Terminal Pamanukan, lokasi tepatnya di Pasar Inpres. Kini di sekitar lokasi terminal itu kerap digunakan transaksi pedagang hewan dan transaski pedagang rupa-rupa lainnya.
“Di Sub Terminal Pamanukan itu kini sudah tidak berfungsi, tak ada aktivitas kendaraan yang lalu lalang di sana. Sudah susah payah dibangun fasilitasnya, tapi tidak dimanfaatkan, kan mubadzir, hanya menghamburkan uang rakyat,” tuturnya. (Abh)