Tapteng, Demokratis
Warga Kelurahan Sibabangun, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), meradang. Sungai Sibabangun yang menjadi sarana utama untuk mandi, cuci, kakus (MCK), kembali tercemar, Senin (25/4), sekira pukul 15.00 WIB.
Tercemarnya air sungai Sibabangun diduga akibat aktivitas pembuangan sisa air proses salah satu pabrik kelapa sawit. Pembuangan limbah yang tidak mengindahkan prosedur ini diprotes warga.
Warga menuding, pengelola pabrik telah bertindak sesuka hati dengan membuang limbah pada saat dimana warga akan beraktivitas mandi dan cuci. Air sungai yang berwarna hitam kecoklat-coklatan, memaksa warga yang hendak ke sungai kembali ke rumah masing-masing. Tepian sungai yang biasanya ramai di sore hari, menjadi sunyi tanpa penghuni.
“Ini sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Tidak hanya aktivitas MCK, acara berbuka puasa juga menjadi terganggu karena warga tidak bisa mandi dan mencuci peralatan rumah tangga,” ujar Ali, warga Kelurahan Sibabangun.
Ali menegaskan, keberadaan pabrik kelapa sawit yang beroperasi di hulu sungai lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. Hal ini ditandai dengan seringnya sungai Sibabangun keruh dan berwarna. Di samping itu, udara yang tercemar dan serbuan ribuan lalat menjadi pendemi bagi warga. Belum lagi kearifan lokal lubuk larangan yang teramcam punah akibat air sungai yang selalu tercemar.
“Selama ini warga mengandalkan sungai Sibabangun untuk mencuci pakaian dan peralatan dapur. Untuk mandi juga sudah tidak bisa lagi,” kesalnya.
Saat dipertanyakan asal limbah berasal dari pabrik kelapa sawit mana, ayah tiga anak ini menegaskan jika ia bersama beberapa warga telah menelusuri alur sungai, untuk memastikan asal limbah
“Beberapa saat air sungai kotor, kita langsung menelusurinya hingga ke hulu. Kita telah mengetahui asal limbah dari pabrik mana. Jika mereka tidak menghargai kita, kita juga tidak akan menghargai mereka,” timpalnya.
Tokoh pemuda Kecamatan Sibabangun, Heldi Wahyudi Hutahalung, sangat menyayangkan aksi dumping tanpa prosedur yang dilakukan pengelola pabrik kelapa sawit. Karena menyangkut keselamatan dan kesehatan manusia, serta berpotensi merusak ekosistim sungai, Heldi meminta pihak perusahaan mengikuti aturan termasuk waktu pelaksanaan dumping.
“Ada aturannya itu. Seharusnya mereka memperhatikan waktu dumping dengan waktu saat kapan warga beraktivitas di sungai,” kata Heldi.
Jika pihak perusahaan tidak merespons keluhan warga dan kegiatan dumping tanpa prosedur terus berulang, Heldi mengkhawatirkan peristiwa Madina akan terjadi di Sibabangun. Mengantisipasi hal tersebut, dalam waktu dekat, ia bersama beberapa warga akan beraudensi ke Srikandi Sumatera Utara, Hj Bunda Indah.
“Secepatnya kita akan meminta petunjuk kepada ibu Hj Bunda Indah. Kita tidak ingin peristiwa Madina terjadi di Sibabangun,” sebutnya.
Terpisah, Maneger PT TBS, Khairuddin Siregar, yang dikonfirmasi melalui apilkasi WhatsApp menyebutkan jika pihaknya masih memastikan apakah kondisi sungai Sibabangun yang hitam kecoklat-coklatan diakibatkan dumping dari PT TBS atau bukan.
“Kami pastikan dulu. Kita tetap seperti komitmen diawal dahulu,” jawab Khairuddin, tanpa merinci maksud dari kalimat komitmen awal yang diucapkannya. (MH)