Senin, Juni 9, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tan Sri Rais Yatim dan Nilai Inti Tamaddun

Ketua Dewan Negara Malaysia Tan Sri Rais Yatim mengatakan bahwa nilai inti tamaddun ditegakan dengan budi karena budi adalah azas tamaddun adalah budi. Tanpa budi tamaddun tiada arti.

Karena itu ingat tamaddun kita tak dapat melupakan seorang tokoh Melayu bernama Rais Yatim tersebut. Tokoh ini sangat getol dengan kata tamaddun. Beliau suka sekali mengaitkan kata tamaddun dengan kata sendi budaya.

Sambil menselaraskan dengan pantun Rais Yatim mengatakan tegak rumah karena sendi, rusak sendi rumah binasa. Baik budi tegaklah bahasa. Rusak budi rusaklah bangsa. Kata-kata itu menunjukkan amatlah konsern beliau kepada budi dan bahasa.

Bagi tokoh asal Palupuh Bukittinggi Sumatera Barat, sebagai seorang budayawan Rais Yatim orang sedang gelisah dengan realitas budaya sekarang. Beliau sedang termasuk ancient men, orang yang klasik kuno. Ia selalu menyebut zaman dulu, di mana budi dan bahasa dijunjung tinggi.

Lain dulu lain sekarang lain. Dahulu dipandang kini tidak lagi, bahkan dianggap enteng dan sepele. Dulu dipandang ijuk kini dipandang tali. Dihitung lain esok dan hitungan lain kini.

Orang sekarang sering lupa sejarah. Artinya mememandang enteng sejarah dan merendahanya. Seorang Rais Yatim walaupun usia beliau menginjak tahun ke-82 tahun ini tidak mau seperti itu. Contohnya sebagai orang Minang Kabau membikin monumental patungnya Sibinuang, seekor kerbau di kampung beliau di Negeri Sembilan Malaysia.

Di Universitas Andalas (UNAND) Padang ia protes. Untuk Minang Kabau dibuat istilah corner. “Kenapa tidak Center of Minang Kabau. Bukankah Perguruan Tinggi Universitas Andalas didirikan oleh putra Minang Kabau. Ucapan corner terasa merendahkan martabat orang Minang Kabau,” ungkapnya. “Universitas Andalas Perguruan Tinggi yang pendirinya orang Minang Kabau,” ujar Rais Yatim.

Inilah problem budaya generasi kini menurutnya merendahkan nilai budaya. Tidak mengetahui urgensi sejatinya apa akibat yang akan muncul bila mensepelekan budi. Akan munculah generasi yang tanpa nilai atau kurang bernilai.

Dipilih Yang Dipertuan Agung Raja Kerajaan Malaysia menjabat Ketua Dewan Negara ke-18. Sudah tepat. Karena  obsesinya menjadikan negara tersebut maju dengan prestasi dengan budi. Sekaligus berjaya secara secara fisik, berbobot secara budaya. Niat itu dinyatakan dengan kata-kata berikut:

“Saya seungguhnya berharap inisiatif-inisiatif di bawah agenda transformasi perlemen dapat diterjemahkan ke arah meningkatkan reputasi perlemen sebagai instansi yang mempertahankan kepentingan rakyat dan menjunjung tinggi nilai demokrasi.”

Pada akhirnya, kita memandang ancient men berisikan sesuatu nilai. Meski gagasan berkonotasi masa lalu, namun nilai yang dikandung berlian yang berharga. Kita maju berbudi, berbudaya. Menghormati orang tua, sejarah, mengasihi yang muda.

Jakarta, 11 Juni 2023

*) Penulis adalah Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

Latest Articles