Selasa, Oktober 1, 2024

Tarkam Ala PSSI, Bukti Kemunduran Sepakbola Indonesia

Sepakbola Indonesia dari dulu hingga sekarang yang lebih dikenal bukan prestasi tim nasionalnya. Dari dulu hingga sekarang, sepakbola kita lebih dikenal karena sepak terjang pengurus PSSI yang selalu menuai kontroversi. PSSI terkenal kerap membuat heboh publik sepakbola nasional dengan kebijakan-kebijakan kontroversinya yang bikin mencengangkan hingga dulu dan sekarang. Rupanya, setelah berpuluh-puluh tahun terlewati, siklusnya pun hingga saat ini masih berlaku. Entah sampai kapan PSSI dengan kelucuan ini bakalan berakhir, atau sampai menunggu Timnas Kamboja dan Brunei Darussalam menjuarai Piala AFF untuk pertama kalinya, padahal Indonesia saja belum pernah merasakan.

Suka tidak suka, ketika kalimat “PSSI Tidak Becus Urus Sepakbola Indonesia” adalah kalimat yang pantas menggambarkan keadaan induk sepakbola Indonesia saat ini. Sebab, bagi para pembenci PSSI termasuk saya ini dan mungkin jutaan rakyat penikmat sepakbola Indonesia merasa jengah dengan segala dinamika yang ada di tubuh PSSI. Mereka pandai bermain retrotika di balik sepakbola Indonesia. Apalagi banyak pengurus PSSI yang berorientasi pada kepentingan pribadi dan bukan kepentingan atas kemajuan sepakbola Indonesia.

Lagi dan lagi, PSSI kembali menuai kontroversinya. Keputusan Exco PSSI tentang kebijakannya “Liga 1 Tanpa Degradasi” menambah daftar panjang kontroversinya. Belum lama ini, sepakbola Indonesia berduka atas tragedi kemanusiaan di Kanjuruhan Malang yang saat ini belum ada titik terang dalam peristiwa tersebut. Kini, publik kembali dibuat sedih oleh keputusan Exco PSSI yang berdampak pada keberlangsungan sepakbola Indonesia. Ya, keputusan Exco PSSI ini adalah bukti ketidakseriusan federasi dalam mengelola sepak bola Indonesia. Jika memang benar ini terjadi Liga 1 tanpa degradasi, sama saja halnya sebuah turnamen antar kampung (tarkam) dikemas sedemikian rupa menjadi kompetisi resmi.

Keputusan Exco PSSI ini sulit dicerna oleh akal sehat manusia. Dilihat dari sudut pandang manapun ini akan berakibat buruk pada nasib sepakbola Indonesia itu sendiri. Masih ingatkah kasus perusakan barang bukti pengaturan skor mantan Plt Ketum PSSI Joko Driyono tiga tahun lalu atau coba searching di google tentang “7 Ketua PSSI Paling Kontroversial”. Di situ akan menemukan fakta ternyata PSSI terkenal dengan sosok pimpinan yang kontroversial, termasuk La Nyalla Mattalitti yang kembali mengajukan diri sebagai calon Ketua PSSI karena beralasan ingin mengembalikan kejayaan PSSI di masanya dulu saat dirinya masih jadi Ketua PSSI sebelum dilengserkan lewat KLB PSSI.

Harus diingat, bahwa mengurus sepakbola itu perlu yang namanya integritas dan paham tentang sepakbola, poin yang sederhananya itu. Sepakbola ini bukan sekadar olahraga dan entertainment. Lebih dari itu melibatkan harga diri bangsa dan kemajuan sepakbola Indonesia. Jangan sampai salah pilih, bisa-bisa sepakbola kita bisa mengalami kemunduran dan siklusnya masih tetap sama; Gelar KLB, kompetisi hancur, timnas gagal juara terus. ***

Penulis adalah seorang penikmat sepakbola asal kota mangga Indramayu yang saat ini jengah dengan kelucuan federasi sepakbola Indonesia

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles