Jakarta, Demokratis
Gde Sumarjaya Linggih Wakil Ketua Komisi VI DPR RI yang membidangi BUMN tidak membantah telah ada keputusan di Komisi VI. Putusan diambil setelah mendengar penjelasan Menteri BUMN di hadapan Komisi VI DPR, minggu yang lalu.
Keputusan rapat kerja Konisi VI dengan Menteri BUMN memutuskan kebijakan baru Menteri BUMN Erick Thohir. Yang secara garis besar ada dua hal pokok. Pertama, BUMN sebagai agent development yang mendapat penugasan dari pemerintah bertujuan benefit dan boleh rugi. Yang kedua, aksi korporasi BUMN bertujuan profit mencari keuntungan.
“Artinya sumber profit atau laba usaha diharuskan mulai dari BUMN induk bahkan sampai pada anak dan cicit daripada BUMN,” kata Demer panggilan akrab Linggih di Jakarta, Kamis (25/2/2021).
Pada awalnya Gde Sumarjaya Linggih minta kepada BUMN sebagai agent development agar memberi kesempatan bagi swasta untuk sama-sama berkembang dalam mengerjakan pembangunan yang bersumber dari APBN.
Protes ini muncul saat Menteri BUMN sebelumnya membentuk anak dan cicit BUMN untuk dalan rangka aksi korporasi yang lebih lincah yang digagas Menteri BUMN Rini Soemarno yang selama empat tahun diboikot rapat kerja oleh Komisi VI DPR.
Demer tetap masih meyakini usaha swasta masih akan tetap tumbuh berkembang dan sejalan dengan konsep Erick yang akan mengembangkan pembaruan cluster dan segmentasi inti usaha BUMN. “Agar sesame BUMN juga tidak perang sendiri dan merambah ke mana-mana di dalam merebut pasar yang sama dengan swasta,” jelasnya.
“Seperti segmen Bank Mandiri untuk kelas menengah atas. Sedang BRI untuk menengan bawah atau retail selain menjalankan penugasan dari pemerintah sebab BRI punya cabang hingga sampai ke desa-desa,” kata Gde Sumarjaya Linggih.
“Selain itu, putusan ini diambil untuk memperjelas penerimaan negara dalam bentuk PNBP dari BUMN,” ungkapnya.
Linggih meyakini sepanjang BUMN konsisten dengan cluster dan segmen bisnisnya. BUMN tidak akan mematikan usaha swasta.
“Yang kita inginkan swasta juga diberi kesempatan yang sama untuk tumbuh selain BUMN. Desain baru BUMN ini berbeda dengan yang lama yang merambah semua segmen dunia usaha sampai yang kecil-kecil, sampai swasta sulit bernapas untuk masuk pasar pada ketika itu,” ujarnya.
“Contoh lain BUMN konstruksi nanti ada yang spesialisasi di pembangunan bendungan, pembangunan jalan,” pungkas Linggih. (Erwin Kurai Bogori)