Jeneponto, Demokratis
Terkait pengerjaan pembangunan MCK dan jaringan perpipaan di Kompleks Pondok Pesantren Al Hikam Pitape Desa BungungLoe, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulsel, tahun anggaran 2020 diduga mark up anggaran karena dinilai fisik bangunan tidak sesuai dengan besaran anggaran Rp 500 juta yang dikelolanya.
Konon, proyek pembangunan tersebut dikerjakan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat, yakni KSM Lassangte’ne Bersama yang diketuai oleh Ustad Ghofur yang sekaligus sebagai Kepala Madrasah Aliah Swasta Alhikam Pitape Desa BungungLoe.
Kuat dugaan adanya persekongkolan licik alias permainan kongkalikong busuk yang disinyalir kuat dilakukan oleh pihak Ponpes Alhikam, lantaran ketika dikonfirmasi oleh pihak rekan media ini, mereka saling melempar antara Ketua Yayasan maupun Kepala Aliah yang sekaligus bertindak selaku Ketua KSM, pelaksana kegiatan itu.
Ustadz Ghofur diduga berdusta besar di hadapan rekan wartawan, sebab saat dikonfirmasi di ruang kerjanya pada Rabu (2/6/2021), dia enggan memberi keterangan dengan dalih dia tidak tahu persis tentang pengelolaan pendanaan pada proyek tersebut, sehingga dia mengarahkan rekan wartawan untuk korfirmasi langsung ke Ustadz Safri selaku Ketua Yayasan Alhikam.
Entah siapa yang layak dipercaya pada pihak Pontren ini, sebab ketika Ustadz Safri yang juga dihubungi lewat telepon genggam milik pribadinya di hari yang sama, juga melempar ke Ustadz Ghofur selaku Ketua KSM.
“Kalau terkait pengerjaan bangunan MCK dan jaringan perpipaan silakan berhubungan langsung dengan Ustadz Ghofur selaku Ketua KSM pelaksana kegiatan tersebut,” ucap Ustadz Safri saat dikonfirmasi oleh media lewat HP.
Sumber menyebutkan bahwa nampak tergambarkan adanya pembohongan besar yang disinyalir kuat dilakukan oleh pihak Ponpes Alhikam terhadap Pemerintah, sebab mengacu kepada kriteria persyaratan untuk mendapatkan bantuan pembangunan MCK dan jaringan perpipaan dimaksud, harus minimal 300 santri yang menetap memondok di dalam Pontren.
Sementara di Ponpes Alhikam ini, diduga jangankan ada 300 anak santri yang mondok, sedangkan jumlah santri-santriwati keseluruhan di Ponpes ini masih diragukan jumlahnya sebanyak itu.
Hal itu dapat tergambarkan pula, seiring ketika santri Aliah ditanya berapa orang memondok, mereka menjawab sekitar 50 orang sedangkan santri madrasah Tsanawiyah yang juga saat ditanya berapa orang yang mondok mengaku hanya 7 orang.
Sekalipun proyek pembangunan MCK dan jaringan perpipaan ini baru dibangun pada tahun kemarin 2020, namun nampaknya laksana sudah puluhan tahun. Kenapa tidak? Selain nampak kungu gersang, juga di antara empat bilik MCK yang dibangunnya itu, sudah ada yang tidak punya lampu, pintunya sudah ada yang tidak punya kaca dan bahkan sudah ada satu unit yang ditutupnya, tak layak pakai lagi.
Seiring dengan itu, diminta pihak terkait, dalam hal ini Dinas PU Bidang Cipta Karya, agar segera turun ke lapangan melakukan pemantauan terhadap kondisi bangunan MCK dan jaringan perpipaan dimaksud yang ada di Ponpes Alhikam Desa BungungLoe. (Syarifuddin Awing)