Untuk pertama kalinya produsen mobil listrik Amerika Serikat Tesla melaporkan laba bersih dalam setahun — tetapi bukan dihasilkan dari penjualan mobilnya.
Sebagian besar pendapatan Tesla dihasilkan dari penjualan “kredit poin” kepada produsen lain. Apa maksudnya?
Di Amerika, ada 11 negara bagian yang mewajibkan produsen mobil untuk menjual mobil bebas emisi dalam persentase minimal yang ditetapkan masing-masing negara bagian.
Persentase itu bukan hanya dihitung dari jumlah mobil bebas emisi yang dijual, tetapi juga ditentukan oleh jarak tempuh dan tipenya. Makin jauh jarak tempuhnya dan makin sedikit penggunaan bahan bakar minyak, kredit poinnya makin tinggi.
Jika produsen gagal memenuhi standar minimal, mereka akan didenda. Namun, ada kelonggaran dalam regulasi yaitu produsen mobil boleh membeli kredit poin itu dari produsen lain untuk memenuhi standar yang ditetapkan.
Di sinilah Tesla mendapat durian runtuh. Tesla hanya memproduksi mobil listrik tanpa butuh setetes pun BBM dan semua produknya dirancang bisa menempuh jarak jauh dari sekali pengisian daya.
Karena itu, Tesla bukan hanya memenuhi batas minimum, tetapi justru melampaui nilai tertinggi yang ada. Dengan kata lain, perusahaan yang didirikan Elon Musk itu punya kredit poin melimpah yang bisa dijual ke perusahaan lain.
Dalam laporan keuangan 2020 yang baru saja dirilis, Tesla mendapatkan US$ 3,3 miliar dari penjualan kredit poin dalam lima tahun terakhir, termasuk US$ 1,6 miliar pada 2020.
Perusahaan meraup laba bersih US$ 721 juta tahun lalu, sehingga tanpa bisnis jual beli kredit poin itu Tesla akan rugi besar.
Ini poin menarik pertama, bahwa produsen mobil mendapat laba bukan dari penjualan mobil.
Poin menarik kedua, Tesla mendapat laba karena diguyur dana oleh para pesaingnya!
Para pembeli kredit poin Tesla adalah sesama produsen mobil yang harus memenuhi ketentuan mobil bebas emisi tersebut.
Namun, Tesla sendiri mengakui bahwa mereka tidak bisa terus mengandalkan ini. Apalagi kebijakan kredit poin itu hanya berlaku di 11 negara bagian, yaitu California, Oregon, Colorado, Maryland, New Jersey, New York, Connecticut, Rhode Island, Massachusetts, Vermont, dan Maine.
“Dalam jangka panjang, aturan penjualan kredit poin tidak akan menjadi bagian penting dalam bisnis ini dan kami tidak merancang bisnis yang terus mengandalkan itu,” kata Kepala Keuangan Tesla Zachary Kirkhorn.
Setidaknya Tesla sudah mampu menutup satu tahun buku dengan laba bersih, dibandingkan era 2018 ketika perusahaan “membakar uang” untuk berbagai investasi dan nyaris kehabisan dana.
Tahun kemarin kinerja saham Tesla juga sangat bagus, meningkat nilainya sebesar 743% dan menjadi salah satu perusahaan Amerika paling bernilai pada 2020. Saham Tesla sama nilainya dengan gabungan saham 12 produsen mobil besar dunia yang menguasai 90% pasar global tahun lalu. (Red/Dem)