Jakarta, Demokratis
Kabar duka datang dari kaum nasionalis. Roy BB Janis pendiri PDI Perjuangan meninggal dunia karena sakit non Covid-19 di Rumah Sakit Pertamina Jakarta, Senin, 28 Desember 2020, pada pukul 20.10 Wib di usia 63 tahun.
Kabar duka tersebut disampaikan oleh istri almarhum, Hj RA Jeni Suryanti, Senin malam (28/12/2020) di Jakarta.
Jenazah politisi kelahiran Jakarta, dimakamkan di pemakaman keluarga Astana Oetara – Nayu, Solo, Jawa Tengah pada hari Selasa, 29 Desember 2020 selepas sholat ashar.
“Dengan tanpa mengurangi rasa hormat, dalam kondisi pandemi Covid-19, kami harapkan doa seluruh kerabat dari rumah saja untuk menghindari kerumunan,” kata Jeni.
Roy BB Janis memiliki tiga orang putri dari hasil pernikahannya dengan Jeni Suryanti, yakni Ratih Dewi Nindita Janis, Kanti Wisnuwardhani Janis, dan Tri Astrini Megaputri Janis.
Roy BB Janis sempat jadi anggota DPR saat PDI Perjungan menang Pemilu multi partai liberal tahun 1999.
Alumni GMNI dari Komisariat Universitas Indonesia, aktif berpartai sejak era orde baru dan memilih bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), cikal bakal PDI Perjuangan.
Roy BB Janis sempat bersebrangan dengan Megawati Ketua Umum PDI Perjuangan saat berlangsung Kongres PDI Perjuangan di Bali tahun 2005.
Hingga sampai kubu Roy bersama dengan Laksmana Sukardi, Noviantika Nasution dilarang memasuki arena Kongres. Yang kemudian melahirkan Kongres tandingan yang lalu melahirkan Partai Demokrasi Pembaruan sempalan dari PDI Perjuangan.
Sesudah pension jadi anggota DPR, Roy BB Janis sempat menulis buku : Dari Soekarno ke Suharto dengan kulit cover warna merah menyala warna simbol Soekarnoisme.
Ketika SBY terpilih jadi Presiden tahun 2004, kabarnya SBY sempat menarik tiga kader PDI Perjuangan untuk posisi menteri yakni Guruh Soekarno, Laksamana Sukardi dan Roy BB Janis. Namun gayung tak bersambut karena tak ada jawaban dari pimpinan PDI Perjuangan.
Sejak mulai saat itulah Roy dan kawan-kawan yang dikenal sebagai PDI Perjuangan asli digusur oleh PDI Perjuangan indekost dengan menggunakan tangan Megawati.
Di internal partai PDI Perjuangan yang lahir pada masa reformasi. Roy yang jadi Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR terkenal sebagai tokoh oposisi pertama di parlemen justru saat Megawati jadi Presiden dengan menolak kenaikan BBM dan tarif listrik. Tokoh lainnya adalah Marah Simon anggota DPR dari Sumatera Barat yang menolak PDI Perjuangan terlibat dalam pelengseran Presiden Gus Dur.
Yang lalu kemudian diadopsi oleh Mega dengan menjadi oposisi saat SBY yang jadi menteri di era Mega terpilih jadi Presiden pada pemilihan Presiden secara langsung pertama kali tahun 2004.
Bung Roy peletak demokrasi kaum marhaen di PDI Perjuangan. Selamat jalan, perjuanganmu takkan terlupakan. (Erwin Kurai Bogori)