Malaysia berduka. Sosok penting tokoh penyerbar kebaikan yakni Tun Rahah Ibunda mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak wafat. Ia bepulang ke Rahamatullah, Sabtu, 19 Desember 2020, dengan tenang di Hospital Prince Court Kuala Lumpur pagi subuh waktu setempat, dalam usia 87 tahun. Kepergian almarhumah dilepas oleh putra beliau Najib Razak mantan Perdana Menteri Malaysia dengan kelurga diringi doa agar mendapatkan tempat di sisi-Nya, diampuni dosa, diterima amalnya. Dikebumikan di pemakaman makam pahlawan bersebelahan dengan makam kakaknya Suhalah ibunda kepada Hishamudin Hussen di lingkungan makam istana Masjid Negara Kuala Lumpur. Innalillahi wainna ilaihi rajiun.
Perdana Menteri Muhyiddin Yassin hadir menemui keluarga. Ia mewakili Kerajaan atas nama segenap rakyat Malaysia berduka cita melepas tokoh terbaiknya. Ia datang dengan sebaik-baik kedatangan dan pergi dengan sebaik-baik kepergian. Khusnul khotimah. Beliau sempat dirawat beberapa hari, mengalami keuzuran fisik karena faktor usia.
Tun Rahah bin Mohammad Noah, di samping istri Perdana Menteri ketiga Malaysia Tun Abduk Razak, pendamping suami yang dengan penghidmatan tinggi. Beliau juga pengayom keluarga sanak dan ahli keluarga. Ia tokoh di hati kaum wanita di Malaysia pendidik yang mepersembahkan anak-anaknya menjadi tokoh besar yaitu Najib Razak pernah menjabat Perdana Menteri Malaysia keempat sesudah PM Abdullah Ahmad Badawi.
Tun Rahah dari Malaysia dan sosok ibu Tien Soeharto dari Indonesia. Mereka menjadi bintang di langit zaman. Inilah wanita dalam pepatah Melayu yang memetaforakan wanita dan laki-laki dua sayap seekor burung. Burung tidak dapat terbang dengan satu sayap.
Tak kurang dari Dr Mahathir Mohamad menyatakan penghargaannya bahwa Tun Rahah seorang wanita yang membantu penuh pada peran suaminya Abdul Razak dalam masa pemerintahannya. “Kita kehilangan tokoh wanita penebar kebaikan yang kita banggakan,” ujarnya mengenang Tun Rahah (Bernama News Agency, 19/12/2020).
”Ibu sangat kami cintai. Guru dan idola di hati kami. Tak dapat kami lupakan,” kata Wan Portia seorang tokoh cendekiawan wanita dari Johor kepada penulis via telepon.
Ia lahir pada tahun 1933 di Johor kemudian pindah ke Pahang. Lalu menikah dengan Tun Abdul Razak. Sangat aktif mendampingi sang suami Tun Abduk Razak selama tahun-tahun pemerintahannya.
Dalam hubungan dengan Indonesia ada masa sulit yaitu masa Presiden Soekarno terjadi konfrontasi Indonesia dengan Malaysia. Tetapi syukurlah masa pemerintahan pengganti Soekarno, yaitu era Soeharto dilewati dengan menghentikan konfrontasi terhadap Malaysia. Indonesia dan semenanjung Malaysia kembali bersama jalam seiring. Di era pemerintahan Malaysia tokohnya adalah Tun Abdul Razak dari Malaysia sebagai PM dan Soeharto dari Indonesia sebagai Presiden. Hubungan baik itu berlangsung berkelanjutan hingga kini.
Tampaknya ini titik belakang sejarah peran kaum wanita hebat yang perlu kita catat. Tun Rahah dari Malaysia dan sosok ibu Tien Soeharto dari Indonesia. Mereka menjadi bintang di langit zaman. Inilah wanita dalam pepatah Melayu yang memetaforakan wanita dan laki-laki dua sayap seekor burung. Burung tidak dapat terbang dengan satu sayap.
Dalam perspektif itu kita memerlukan peran gender yang menjadikan dua sayap fungsional dalam peran. Tujuannya adalah dalam usaha mencapai masa depan bangsa yang berkemajuan. Semoga!
Jakarta, 23 Desember 2020
Penulis adalah Ketua Pusat Kajian Peradaban Melayu tinggal di Jakarta. e-mail masud.riau@gmail.com