Menghubungkan HUT Provinsi Riau ke-64 yang jatuh pada 8 Agustus 2021 yang akan datang ada banyak persoalan aktual yang dapat dipercakapkan. Bisa masalah hutan yang terbakar, ada masalah pengangguran nyata atau tersembunyi, atau Riau sebagai kisaran ekonomi yang menggeliat dengan agregat yang bagus. Masalah itu adalah masalah kekinian.
Adapun masaalah hutan yang tebakar memang masih terjadi. Banyak seminar dan lokakarya yang telah membahas soal itu. Namun cara menghentikan kebakaran hutan tiap tahunnya belum juga efektif.
Terkait masalah pengangguran masih merupakan persoalan klasik, dari masa ke masa. Tingkat pengangguran yang tinggi tantangan bagi pemerintah daerah.
Kalau persoalan ekonomi secara umum menunjukkan perkembangan positif. Hal itu disimbolkan oleh angka yang dikeluarkan Bank Indonesia bahwa Riau menjadi wilayah peredaran uang tertinggi di Sumatera. Tentu membawa kegembiraan.
Apa yang bisa kita tarik dari poin uraian di atas? Sesungguhnya ada minus dan plusnya. Yang pasti harus dilakukan langkah lebih lanjut. Amat tergantung pemimpin pemerintah daerah bersama rakyat Riau untuk melakukan pembangunan mengantisipasi persoalan dimaksud.
Seperti pendapat Ibu Kamila Sari Ketua Fraksi Partai Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Provinsi, Pendapatan Pemda harus ditingkatkan perolehannya agar pembangunan bisa meningkat. Di antaranya adalah melalui perusahaan milik daerah terkemuka misalnya Riau Petroleum dan Bank Riau Kepri.
Dikatakan lebih lanjut salah satu adalah Bank Riau Kepri, mendukung pertumbuhan sektor ekonomi. Industri keuangan syariah punya prospek yang bagus. Terutama menggerakkan sektor riil masyarakat.
Alam pikiran Karmila Sari sudah tepat, mengingat bank berfungsi menyalurkan dana ke masyarakat. Pada gilirannya usaha bertumbuh sejalan dengan manfaat kepada rakyat miskin. Sehingga bank menjadi mitra masyarakat. “Kita ingin Bank Riau Kepri mampu bersaing,” kata politisi perempuan muda asal Rokan Hilir tersebut (go.riau.id, 12 Mei 2021).
Hal ini bersetuju dengan DR Andi Bukhari pemikir ekonomi perbankan yang mengatakan bahwa perlunya gerakan ekonomi rakyat di Riau. Sebagai orang punya pengalaman banyak, Andi Bukhari yang menjadi Direktur Utama Bank Riau Kepri sekarang ini bertekad melakukan langkah terobosan, berbasis spirit keumatan dan kesungguhan.
“Langkah itu menjadi prioritas kita,” tegas Andi Bukhari kepada penulis awal Juli lalu di bilangan Jalan Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Bagaimanapun juga masalah kemiskinan harus diatasi. Tantangan Provinsi Riau antara lain tingkat kemiskinan periode semester dua tahun 2021 meningkat dibanding semester sama tahun lalu sebanyak 0,30 persen.
Seperti kita ketahui berdasar data BPS Riau 2021, kemiskinan Provinsi Riau bertengger pada angka 7,12 persen. Dibanding Provinsi Jambi 7,79 persen dalam periode yang sama dengan peningkatan 0,89 persen.
Harapannya Riau menjadi pusat kegiatan ekonomi yang maju di wilayah ini. Meski demikian jangan meninggalkan budaya Melayu yang Islami menjadi akar gerakan selama ini. Tak Melayu hilang di bumi adalah spirit Islam berkelanjutan.
Komunitas Melayu lestari karena diejawantahkan dalam tradisi yang tak lekang kena panas dan tak lapuk kena hujan. Itulah makna testimoni Hang Tuah pada anak cucunya berbentuk wasiat yang bernilai.
Dengan HUT ke-64 sebagai warga Provinsi Riau mari kita segarkan self memory kita masing-masing disejalankan dengan tekad membangun Riau dengan memajukan ekonomi dan memantapkan budaya. Setidaknya dengan bertolak dari dua faktor, yaitu:
Pertama, wilayah harus dibangun agar terjelma kesejahteraan. Mengingat tanah wilayah tidak semua lagi berfungsi untuk rakyat setempat tapi berpindah tangan. Pada gilirannya rakyat sengsara tanpa tanah warisan.
Kedua, adanya perusahaan daerah yang andal seperti Riau Petroleum dan Rokan Blok serta Bank Riau Kepri dapat dimaksimalkan berkontribusi mendukung Pemerintah Daerah yang pada gilirannya bermuara untuk rakyat.
Akhirnya dalam perspektif itu mari kita mendoakan pada Allah Yang Maha Kuasa tokoh kita yang telah tiada dan juga ada tokoh kita tertimpa masalah sehingga kini masih dipenjara.
Mereka tetap tokoh kita yang tidak kita lupakan. Riau sekarang ini adalah hasil perjuangan bersama. Sesuai ungkapan bijak etik Melayu yakni:
Jangan sampai lupa kacang di kulitnya. Juga jika Anda merasakan manisnya air tebu, jangan melupakan petani yang menanamnya.
Jakarta, 4 Agustus 2021
*) Dr Masud HMN adalah Konsultan Bank Riau Kepri dan Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com