Jakarta, Demokratis
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan pada 2063 tak ada lagi profesi petani seiring dengan turunnya pekerja di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan para pemuda desa yang lebih memilih bekerja di kota besar ketimbang menjadi petani di desanya. Menyikapi hal ini, melalui keterangan resminya Minggu (18/04/2021) Wakil Ketua DPD RI, Sultan B Najamudin memberikan tanggapan.
“Porsi petani muda yang rendah di Indonesia harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah. Keadaan ini harus diantisipasi oleh semua pihak untuk menemukan solusi dalam mewujudkan regenerasi Petani,” ujar Sultan.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada tahun 1976 proporsi pekerja Indonesia di sektor pertanian mencapai 65,8 persen. Namun, pada 2019 turun signifikan menjadi hanya 28 persen saja. Dari data tersebut sudah cukup membuktikan kalau profesi petani kalah jauh dibandingkan profesi lainnya.
Jadi lanjut senator muda asal Bengkulu tersebut pemerintah perlu membuat rancangan strategis khususnya kepada generasi muda (milenial) agar berminat menjadi petani kedepannya.
Hanya saja lanjut Sultan, selama ini yang utama harus kita lawan adalah stereotip terhadap kesejahteraan kehidupan para petani. Ada pandangan bahwa menjadi petani itu pasti menjadi orang susah dan miskin. Makanya generasi muda lebih memilih sektor pekerjaan lain dibanding hidup dalam sektor pertanian.
“Sebagai negara agraris, kita semua harus mengkampanyekan bahwa menjadi petani itu adalah peluang kekinian bagi anak muda. Jadi mindsetnya harus dirubah. Agar para anak muda terbuka pikirannya terhadap isu-isu pertanian dan perkembangan inovasi pertanian. Supaya mereka juga tahu bahwasanya petani tidak hanya kalangan tua, tapi juga ada yang berpakaian rapi dengan penghasilan yang layak serta menjanjikan,” pungkasnya.
Menindaklanjuti masalah ini, tambah Sultan, maka kita butuh peran semua pihak. Misalnya dengan penguatan peran keluarga, penyuluhan pertanian, komunitas, modernisasi pertanian, dan korporasi petani. (Red/Dem)