Surabaya, Demokratis
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meminta guru SD san SMP di Surabaya untuk membentuk karakter siswa melalui pembenahan pola pembelajaran. Eri meminta sekolah SD menerapkan pendidikan karakter setiap hari minimal dua jam. Namun, tanpa mengubah kurikulum yang telah ditetapkan Kemendikbud Ristek.
Eri menyatakan, siswa saat ini mudah jenuh dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, perlu adanya pembenahan kurikulum pengajaran yang tetap berdasarkan pada aturan Kemendikbud Ristek. Utamanya dalam hal jam pelajaran yang harus diberikan dalam satu hari.
“Dihitung benar berapa sehari (jam belajar) yang ditentukan Kemendikbud Ristek. Kalau jam 12.00 WIB sudah terpenuhi, maka selesaikan pembelajaran pada jam 12.00 WIB. Tapi ketika pukul 12.00 WIB sampai 14.00 WIB, bentuklah karakter siswa,” kata Eri saat memberikan motivasi kepada 883 guru PPPK jenjanh SD dan SMP Negeri di Gedung Convention Hall Kota Surabaya, Selasa (4/10/2022).
Eri mengatakan, kepandaian seorang siswa juga harus diimbangi dengan karakter yang kuat. Maka dari itu, sekolah wajib menyediakan kegiatan yang berlandaskan untuk pembentukan karakter para siswa, seperti melalui kegiatan seni dan keagamaan.
“Jadikan anak-anak itu memiliki mental baja, agar ketika menghadapi dunia nyata, dia memiliki kemampuan luar biasa. Tujuannya adalah mencerdaskan anak-anak untuk menjadi pemimpin bangsa,” ujarnya.
Eri pun meminta para guru membuat anak didiknya agar bisa lebih menghormati orang tua dan guru. Eri mengaky sedih ketika ada anak didik yang menjadi anak hebat, tetapi lupa pada orang tua ataupun gurunya.
“Padahal salah satu orang tua kita adalah guru. Saya minta para guru mengajarkan anak-anak untuk mencium tangan, itulah yang saya maksud dengan pembentukan karakter,” kata Eri. Eri pun meminta, pembebanan kurikulum ajar bisa mulai pada November 2022.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan para guru tinggal mengubah pola pembelajaran baru yang berfokus pada pembentukan karakter siswa. “Maka kita sebut dengan Sekolah Arek Suroboyo, yakni sekolah yang Aman, Ramah Anak, Kreatif, Edukasi, dan Kegotongroyongan untuk membangunkan karakter siswa,” ujarnya.
Selama dua jam kegiatan pembentukan karakter tersebut, Yusuf meyakinkan, para siswa akan merasa bahagia selama berada di sekolah. Karena sekolah tidak mengubah kurikulum yang telah terbentuk. Hal tersebut merupakan implementasi kurikulum Belajar Merdeka-Merdeka Belajar, yaitu membuat anak – anak merasa senang dan nyaman saat berada di lingkungan sekolah.
“Maka kita harus mengubah pola dengan memberikan jam khusus. Kami tengah menyiapkan dari ekstrakulikuler di setiap sekolah. Kita rombak pola untuk kita efektifkan jam pembelajaran,” kata dia. (JP)