Jakarta, Demokratis
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menekankan pentingnya pengelolaan data dalam menghadapi perkembangan kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, data merupakan aset paling berharga untuk memastikan Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pemain global dalam teknologi AI.
“Yang mahal itu bukan algoritmanya, yang mahal dari AI itu data. Indonesia punya begitu banyak data, kita punya kemampuan untuk bisa menjadi world player di AI,” kata Stella dalam keterangan di Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Stella menyebut AI membawa potensi ganda: dampak positif sekaligus ancaman. Ia mengingatkan ada empat risiko besar dari penggunaan AI, yakni meningkatnya pengangguran, melemahnya keamanan internet, menurunnya keandalan informasi, serta melebaranya ketimpangan sosial.
Namun di sisi lain, AI juga bisa menciptakan lapangan kerja baru, memperkuat keamanan, membantu proses fact checking, hingga menyetarakan akses informasi secara global.
“Ini tantangan berat, tetapi bukan berarti tidak bisa kita hadapi. Dan tantangan ini bukan hanya untuk Indonesia, melainkan untuk seluruh dunia,” ujarnya.
Salah satu dampak negatif yang paling nyata, lanjut Stella, adalah penyebaran hoaks. Disrupsi lain seperti berkurangnya lapangan pekerjaan akibat digantikan AI juga menjadi perhatian serius.
Untuk mengantisipasi hal itu, pemerintah mendorong pelatihan bagi mahasiswa dan masyarakat, khususnya pekerja usia produktif yang rentan tergantikan oleh teknologi.
“Generasi muda, meski tetap perlu diperluas wawasannya, umumnya lebih cepat menguasai teknologi baru secara mandiri. Mereka harus difokuskan pada penguatan human-centered skills seperti kreativitas, berpikir kritis, dan pengambilan keputusan,” kata Stella.
Ia menegaskan, penguatan kesadaran akan pentingnya data juga harus menjadi prioritas. Mulai dari penyimpanan hingga akurasi data dalam sistem AI. Menurutnya, pengelolaan data nasional akan berperan penting bagi ketahanan dan kedaulatan ekonomi Indonesia. (Albert S)
