Karawang, Demokratis
Suritno seorang pengrajin tahu yang beralamat di Kp Rawa Kepuh RT 02 RW 02 Kecamatan Renghas Dengklok, Kabupaten Karawang, mengatakan hampir setengah tahun semenjak mewabahnya pandemi Covid-19 di Indonesia, pukulan hebat masih dirasakan oleh para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Banyak UMKM yang harus memutar otak untuk mencari strategi agar usaha bisa tetap bertahan.
Pengusaha pembuatan tahu yang diberi nama “Tahu Bandung” ini mengakui semenjak adanya pandemi membuat usahanya benar-benar terpukul.
“Biasanya hasil dari pabrikan tahu ini membuat saya untung, tapi kali ini benar-benar merasa buntung semenjak adanya pandemi ini,” ujarnya saat ditemui Demokratis (25/7/2020).
Ia mengatakan omzetnya turun drastis hingga 50 persen. Apalagi semenjak banyaknya pasar di Kota Bandung yang terpaksa ditutup sejak Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) mulai diterapkan.
Tak hanya itu, Suritno pernah membuang tahu-tahunya lantaran minimnya pembeli. Padahal jumlah bahan baku kedelai untuk produksi tahu sudah dikurangi dari porsi biasannya.
Suritno mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, ia mengolah tiga kuintal kedelai untuk bahan baku tahu. Namun saat ini, bahan baku tersebut sudah dikurangi hanya satu kuintal. Sementara itu tahu tidak bisa bertahan lama.
“Kalau sudah 2-3 hari sudah busuk, makanya harus dibuang, ya kayak buang uang kan, ya rugi,” ucapnya.
Saat ini Suritno sangat berharap agar pemerintah mencarikan solusi kepada para pengusaha tahu agar usaha mereka jangan sampai tutup atau gulung tikar. (A Sumarna)