Jakarta, Demokratis
Trade Expo Indonesia atau lebih dikenal sebagai TEI merupakan salah satu event tahunan pameran dagang terbesar di Indonesia dimana dalam kegiatan tersebut diikuti oleh berbagai perusahaan mulai dari perusahaan besar hingga perusahaan startup maupun ukm dari seluruh indonesia. Pada tahun 2019 ini, TEI diselenggarakan pada tanggal 16 hingga 20 Oktober di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang, Banten, dan merupakan pameran ke 34.
Salah satu fungsi BNP2TKI sebagai instansi pemerintah adalah menciptakan wirausahawan dari kalangan pekerja migran purna. Dan BP3TKI Bandung sebagai unit kerja BNP2TKI tidak mau melewatkan kesempatan ini dengan turut berpartisipasi menunjukkan hasil produksi dari PMI Purna binaan BP3TKI yang bertanggung jawab untuk fasilitasi kebutuhan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Provinsi Jawa Barat.
Pada kesempatan kali ini, BP3TKI Bandung menunjuk Dian Hardiansah, seorang pengusaha keripik tempe asal Garut yang pernah menimba pengalaman di negeri sakura dan kini telah sukses memasarkan produknya di berbagai Negara seperti Jepang, Inggris, Qatar dan Korea. Sebagai perwakilan PMI se-Jawa Barat, dalam kegiatan TEI 2019 ini Dian tidak hanya memasarkan produk unggulannya saja, tetapi juga berbagai produk PMI lainnya seperti Kopi, kerupuk Dorokdok, Bakso aci, Teh, dan hiasan kaligrafi hasil binaan dari berbagai kelompok usaha binaan BP3TKI Bandung.
Perjalanan Dian dalam meraih kesuksesannya patut untuk di contoh. Pria kelahiran garut, 30 Agustus 1978 ini mulai bekerja di Jepang untuk sektor manufaktur pada tahun 2001 hingga tahun 2004. Setahun kemudian, dia kembali memperpanjang kontraknya di Jepang dan mencoba usaha tempe sebagai kegiatan sampingan di sela-sela kesibukan kerjanya. “Di sela waktu yang luang itulah saya membuat tempe dengan bahan baku seperti kacang hokaido dari Jepang. Mulanya saya jual door to door karena terbatas regulasi,” ujar ayah dari 3 anak ini.
Selain itu, Dian juga menjual kripik tempenya pada sesama PMI dan orang Jepang yang sudah dikenalnya. Untuk bahan baku, Dian menggunakan bumbu-bumbu dan kacang hokaido dari Jepang. Menurutnya, tempe di luar negeri juga banyak di cari karena tempe adalah makanan sehat khas Indonesia yang tidak diproduksi oleh Negara lain.
Setelah pulang ke Indonesia, Dian mulai fokus untuk mengembangkan usaha pembuatan keripik tempe pada tahun 2017 dan mendaftarkan produknya dengan nama Keripik Tempe Kojo. Nama kojo sendiri diambil dari nama pabrik tempat dia bekerja dulu di Jepang. Untuk meningkatkan kemampuannya, Dian sering mengikuti berbagai pelatihan wirausaha yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti Disperindag maupun BLKPMI.
Kini, usaha Dian telah berkembang pesat dimana proses produksi mencapai 200 pack per hari. Selain dipasarkan di dalam negeri, keripik tempe kojo telah di ekspor ke luar negeri dengan rata-rata permintaan sebanyak 1000 pack per bulan. Selain ke Negara Jepang, Inggris Qatar dan Korea, saat ini Dian sedang berusaha membuka peluang usaha untuk Negara New Zealand dan Australia. Lebih lanjut Dian bersama kelompok PMI Purna asal Garut ingin membuka lapangan usaha bagi masyarakat. Adapun usaha PMI hasil Binaan BP3TKI Bandung yang telah berjalan di Garut saat ini antara lain Bisnis Tempe, Nugget ayam, dan ternak lele. (Lonni)