Subang, Demokratis
Ulfa Nur Fitriani Balita berusia 8 bulan, sejak lahir harus mengalami sakit, karena ada benjolan di kepalanya. Pihak Rumah Sakit yang menangani pengobatan Ulfa tak mampu berbuat banyak, terkesan Ulfa diterlantarkan dengan dalih minimnya peralatan.
Ulfa Nur Fitriani merupakan anak dari pasangan Eman Suherman (25) dengan Eka Komariah (25), warga Blok Jalitri Panglejar RT36/09 Kelurahan Karanganyar, Subang.
Eman mengungkapkan, benjolan yang ada di kepala anaknya itu, awalnya kecil. Namun semakin lama semakin membesar.
Eman yang kesehariannya hanya menjadi sopir, tidak sanggup membayar biaya pengobatan anaknya itu, yang sudah dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciereng, Kabupaten Subang.
Karena tidak sanggup pihak RSUD Ciereng Subang, karena alasan minimnya peralatan, kemudian kata Eman, anaknya itu dibawa ke Rumah Sakit Shiloam Purwakarta. Hasilnya pun sama, kemudian dirujuk ke RSHS Bandung. Berdasarkan hasil diagnosa dokter RSHS, bahwa Ulfa mengalami retak tulang kepala di bagian atas, sehingga cairan otak keluar, dan membentuk benjolan.
“Ya kami sudah berupaya agar anak saya ini bisa sembuh, meski jujur saya tidak memiliki uang untuk mengobati anak saya ini sampai sembuh. Tetapi kami sudah mencoba membawanya ke RSUD Ciereng Subang, kemudian ke RS Shiloam Purwakarta dan terakhir ke RSHS Bandung,” ujar Eman kepada wartawan di Subang, Minggu (9/2/2020).
Eman mengatakan, sampai hari ini ia menunggu jawaban dari RSHS Bandung, yang berjanji akan menindaklanjuti penyakit anaknya ini. Tetapi sudah empat bulan ini, tidak juga ada kejelasan dari RSHS
“Saya sempat tanyakan ke RSHS, jawabannya RSHS juga tidak memiliki peralatan untuk melakukan operasi, dan alasan lainnya, RSHS mengalami krisis keuangan akibat klaim BPJS yang sampai saat ini, belum dibayarkan. Tapi RSHS sempat menjanjikan, ke kami menunggu panggilan dari RSHS,” terangnya.
Karena khawatir kondisi anaknya ini, lanjut Eman, ia bersama istri dan keluarganya meminta bantuan kepada Raja Lembaga Adat Karatwan (LAK) Galuh Pakuan Rahyang Mandalakati Evi Silviadi, untuk mencari solusi, terkait kesembuhan anaknya itu. Karena untuk tindakan operasi penyakit yang dialami anaknya itu, harus memiliki uang sekitar Rp 300 jutaan.
“Saya punya uang dari mana pak? Uang sebsar itu, saya hanya seorang sopir, jadi saya memberanikan diri meminta bantuan ke Raja Galuh Pakuan,” pungkas Eman.
Sementara itu, Raja LAK Galuh Pakuan Rahyang Mandalajati Evi Silviadi mengaku prihatin melihat kondisi Ulfa. Ia merasa terketuk hatinya untuk membantu kesembuhan Ulfa.
“Saya Insya Allah bantu, untuk kesembuhan Ulfa,” kata Evi.
Evi juga menyayangkan pihak RSHS, yang lamban dalam menangani pasien seperti ini. Terlebih BPJS yang didewakan pemerintah, tidak bisa berbuat banyak.
Padahal ditegaskan Evi, hak sehat, dan dilayani dengan baik oleh rumah sakit dan BPJS, merupakan hak dari setiap warga negara.
“Keberadaan pemerintah hari ini dibutuhkan oleh rakyat, seperti yang diharapkan saudara Eman orang tua Ulfa,” tutupnya. (Abdulah)