Hampir semua orang yang mengenal siapa Yasser Arafat, sang pejuang patriot. Ia dikenang amat populer di zamannya hingga kini. Ia telah lama wafat yaitu 19 tahun lalu, tetapi ia tetap dikenang popularitasnya karena ia pejuang Palestina untuk kemerdekaan bangsa Palestina.
Ia lahir di Mesir Kairo pada tahun 1929. Meninggal di Perancis tahun 2004 pada usia 75 tahun. Meninggalkan seorang anak isteri dan seorang anak bernama Zahwa Arafat. Berkat perjuangan ia dan kawan-kawan, kini banyak negara sudah mengakui negara Palestina merdeka. Meski negaranya tak diakui oleh Israel tetangganya. Kini berlansung konflik berdarah yang masih tak tahu ujung pangkalnya.
Bagi Palestina ia mendirikan organisasi, perjuangan bernama Brigade al Aqsa di bawah partai Fatah. Dia lah yang berinisiatif melakukan lobi-lobi ke berbagai negara, di samping perjuangan militer bersenjata. Mencari dukungan politik dengan tujuan pengakuan Palestina sebagai negara.
Perjuangannya berbasis diplomasi dan pendekatan damai. Ia banyak juga dikecam lantaran perjuangan berdiplomasi terlalu lama dan tidak pasti. Sangat menuntut kesabaran dan keuletan.
Memang hingga kini Palestina masih bergolak melawan Israel. Hingga daerah Gaza dihancurleburkan oleh Israel. Hingga pedududuk tiada tempat tinggal menetap lantaran rumah mereka diratakan dengan tanah oleh serangan udara Israel.
Namun militansi Hamas yang berdomisili di Gaza tidak mau kalah. Wilayah boleh hancur tapi perang tidak diperoleh Israel. Penduduk Palestina sekitar 7 juta jiwa masih eksis wilayah menempati tepi barat. Perang masih berlansung terus dan Israel pun memikul risiko korban jiwa tidak sedikit. Kedua negara memikul beban. Salah satunya, solusi antara Palestina dan Israel jalan perang harus dihentikan.
Adanya momentum perang berlarut-larut seperti sekarang ini teringatlah konsep diplomasi gagasan Yasser Arafat. Inisiatif jalan damai dan bermartabat. Konflik harus dihentikan. Perundingan damai harus dihidupkan.
Tiada kusut tak bisa selesai. Tak ada keruh yang tak bisa dijernihkan. Di situlah pentingnya inisiatif. Tanpa itu semuanya jalan menjadi buntu.
Jakarta, 7 Februari 2024
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta