Lebak, Demokratis
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Agama menyalurkan bantuan operasional (BOP) untuk penanganan Covid-19 kepada pondok pesantren (Ponpes) maupun lembaga pendidikan keagamaan di seluruh Indonesia selama masa pandemi.
Bantuan yang disalurkan pun terbagi menjadi tiga kategori, yakni, kategori kecil mendapat bantuan Rp 25 juta, sedang Rp 40 juta, dan besar Rp 50 juta. Bantuan tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan, seperti sabun, hand sanitizer, masker, thermal scanner, penyemprotan disinfektan, wastafel, dan lain-lain.
Namun saat Demokratis melakukan penulusuran berdasarkan data penerima BOP untuk wilayah Provinsi Banten, nama “Ponpes Arahman” beralamat “Kampung Dukuh Pojok” RT 05/05 Desa Bojong Menteng, Kecamatan Lewi Damar, Kabupaten Lebak, Banten, yang tertara di data penerima BOP tersebut tidak ditemukan karena diduga fiktif alias Ponpes-ponpesan. Padahal pada daftar Ponpes penerima, Ponpes tersebut masuk kategori besar sehingga menerima bantuan senilai Rp 50 juta.
Sementara salah satu kiai pengelola Ponpes di Desa Bojong Menteng saat ditemui Demokratis mengatakan jika mereka tidak pernah mendengar nama “Ponpes Arahman” dan ia pun bingung jika memang Ponpes tersebut berada di desa mereka.
“Justru kami juga tidak tahu siapa pengurus dan pengelola pondok pesantren tersebut. Kami pun sempat dipertanyakan oleh pihak dari Kementerian Agama/KUA, tapi kami memang tidak tahu dan tidak pernah mendengarnya. Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) pun tidak pernah mengetahui tentang adanya “Pondok Pesantren Arohman” tersebut,” katanya saat ditemui di Ponpesnya, Rabu (13/1/2021).
Menurutnya, jika memang Ponpes tersebut ada seharusnya mereka mengetahui karena semua pengelola Ponpes di desa mereka saling kenal karena kerap bertemu saat ada kegiatan-kegiatan.
“Karena pengurus Ponpes yang ada di Kecamatan Lewi Damar itu, semuanya hampir pada kenal apalagi nama alamat desa dan kecamatan masih sama dengan kami. Cuman yang kami tidak tahu itu nama kampungnya dan nama pondok pesantrennya karena di desa ini tidak ada nama kampung tersebut,” ungkapnya. “Mungkin ya, kang, ada yang membantu dari luar,” sambungnya.
Di tempat lain, Kepala Desa Bojong Menteng saat ditemui Demokratis juga mengatakan di desa yang ia pimpin tidak ada kampung yang bernama “Kampung Dukuh Pojok” dan “Ponpes Arohman”.
“Kalau nama desa saya mengakui benar nama desa saya akan tetapi untuk nama “Kampung Dukuh Pojok” itu tidak ada, kang,” ungkapnya.
“Coba untuk dicari tahu dan pertanyakan dulu sama para kiai karena sepengetahuan saya biasanya yang ingin membuat ijin dan penetapan domisili pesantren itu semuanya saya tahu dan didaftar desa pun pasti ada,” sambungnya. (Samsudin)