Banjar, Demokratis
Umiroh Fauziah, mahasiswa Pasacasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung memgatakan saat ini tengah mengalami adaptasi dunia pendidikan yang baru, semenjak pertengahan Maret 2020 lalu pemerintah mengeluarkan keputusan tentang penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran corona virus disease 2019 (Covid-19) dan pembelajaran dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh daring dan/atau luring.
“Akibat situasi ini banyak siswa kemudian tidak berangkat ke sekolah, dan para guru tidak lagi mengajar di sekolah. Lalu muncul kebingungan bagaimana pembelajaran di rumah seperti apa dan tidak biasa karena tidak adaya persiapan,” ungkapnya.
Umiroh mengatakan dalam lampiran Surat Edaran Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020 yang menjelaskan tentang pedoman pelaksanaan pembelajaran dari rumah. Institusi pendidikan mulai menerapkan kebijakan tersebut. Guru memanfaatkan fasilitas teknologi untuk melakukan pembelajaran melalui google meeting room atau chat grup whatsapp yang beranggotakan orangtua/wali murid untuk memberikan informasi tugas yang harus dikerjakan siswa.
“Sama halnya yang diterapkan juga di perguruan tinggi, dosen memberlakukan pembelajaran jarak jauh atau daring dengan mahasiswa menggunakan aplikasi meet, zoom, webex, dan yang lain, mahasiswa selain membutuhkan koneksi internet yang stabil, kuota internet yang besar dan kumpulan tugas yang banyak oleh dosen membuat sebagian mahasiswa mengeluh,” ungkapnya.
Menurutya, hal ini dinilai bukanlah hal yang mudah di Indonesia. Pasalnya, tidak semua daerah terdampak Covid-19 memiliki akses dan fasilitas yang memadai untuk melakukan pembelajaran daring atau luring kerjasama pemeritah dengan TVRI, namun dirasa tidak cukup maksimal untuk pemebelajaran dari rumah. Beberapa pendapat tentang kemungkinan pembelajaran dari rumah yang akan tetap diberlakukan hingga Desember akhir tahun, tentu membuat masyarakat merasa resah di tengah beban ekonomi yang tidak stabil saat pandemi.
“Jika benar masa pembelajaran di rumah akan diperpanjang hingga akhir tahun, maka untuk menudukung hal tersebut diharapkan pemerintah jangan lagi membebankan iuran sekolah kepada siswa/mahasiswa, dan juga pemerintah diharapkan untuk memperhatikan siswa-siswi yang kurang mampu agar dapat menerima bantuan selama pandemi Covid-19,” tambahnya.
Selain itu katakan juga sisi lain hal positif dan negatif pembelajaran dari rumah, beberapa hari lalu media banyak memberitakan tentang kasus tingkat kehamilan siswi SMP dan SMA di Jepang yang meningkat di masa pandemi akibat sekolah diliburkan.
Departemen kehamilan rumah sakit Jinkey melayani lebih banyak konsultasi kehamilan dari siswi SMP dan SMA, dilansir dari health.grid.id 15 Mei 2020, meningkatnya kehamilan siswi SMP dan SMA itu menurut wakil presiden rumah sakit Jinkey karena banyak peluang siswa puteri untuk ketemuan dengan teman dekatnya.
“Walaupun berita tersebut masih belum terbukti kebenaranya namun hal ini dapat dijadikan sebagai bentuk kewaspadaan masyarakat khususnya para orangtua untuk lebih memperketat dalam pengawasan terhadap putera-puterinya selama sekolah masih diliburkan. Karena pengawasan anak selama belajar di rumah memang cukup menyita waktu orangtua di samping rutinitas kesibukanya. Tidak sedikit anak seringkali dibiarkan tanpa pengawasan orangtua,” pungkasnya. (Deni/HMI)