Selasa, Oktober 1, 2024

Di Balik Kesulitan Ada Kemudahan

Oleh Masud HMN*)

Adanya ajaran Islam tentang sabar, tak mudah menyerah, perlu dipahami dan dilakukan. Lantaran banyaknya orang yang menyerah putus asa. Bukankah putus asa adalah dosa?

Ada ajaran yang harus dipahami. Ungkapan itu seperti terdapat dalam surat Kafirun ayat terakhir. Bunyinya “innama al usri yusra”. Yang makna terjemah bebasnya di balik kesulitan ada kemudahan.

Maka bukanlah kesulitan itu menjadi momok yang menakutkan saja. Paling tidak ada dua faktor alasannya. Sebab, kesulitan itu ada di baliknya. Yaitu kemudahan, hingga janganlah kesulitan semata-mata.

Pertama, pendapat dari Doktor Manzoor Alam dari New Delhi, India. Ia menulis artikel topik tersebut dan dimuat dalam online Melayu Today, tiga tahun lalu. Isinya memgemukakan tinjauan bagaimana memandang kesulitan dalam kehidupan. Seperti yang dikutip di atas janganlah menyimpulkan sulitnya semata.

Ia saya kenal alumni dari Aligarh University Fakultas Ekonomi di India bagian utara. Universitas Islam yang sebaya dengan Universitas Al Azhar Mesir. Kini kegiatannya mengelola sebuah Non Governmental Organisation (NGO) dalam pemikiran Islam, berupa penerbitan buku, seminar seminar dan lain-lain.

Lembaga itu cukup terkenal dalam membukukan pikiran tokoh-tokoh besar. Antara lain tokoh dunia. Yang dari orang Indonesia adalah Mohammad Natsir.

Diuraikan secara panjang lebar, tentang kontribusinya terhadap Islam. Perjuangannya dan sejarah hidupnya. Tentu berguna bagi orang di belakangnya.

Dipublikasikan oleh penerbit di bawah lembaga NGO Institute of Objective Studies, India. Juga terdapat sumbangan tulisan dari mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla. Beberapa orang intelektual dari Indonesia, antara lain Fadli Zon, Adian Husaini Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Demikian alasan kutipan Manzoor Alam.

Faktor kedua, pendapat Ibnul Qayim. Kalau kita mengutip gagasan di dalamnya, identik dengan Ibnu Qayyim dalam pikirannya yang berpendapat di balik kesulitan ada kelapangn. “Kelezatan dan kegembiraan itu disesuaikan. Antara beratnya perjuangan. Orang tidak akan gembira bagi orang tidak susah.” Ibnu Qayim seorang pemikir Islam abad lalu. Ini dikutip dari buku yang berjudul Miftah Daris Saadah.

Pokoknya hidup itu berjuang. Bila ada kesulitan terimalah dengan sabar, sebab di balik kesusahan akan ada kelapangan. Jangan berhenti tangan berkayuh, artinya jangan putus asa.

Maka tekanan pada surat Fafirun di atas berjuang janganlah setengah-setengah. Cepat patah semangat dan putus asa. Tetaplah berupaya dengan gigih dan sabar.

Alangkah fundamentalnya ajaran ini. Bagi semua orang sadar bahwa mencapai sesuatu haruslah  mempunyai tekad sungguh-sungguh. Agar tercapai cita-cita.

Dengan demikian maka marilah kita pahami ajaran Islam dimaksud. Bahwa berjuang untuk mencapai cita-cita, bukanlah kesulitan semata. Di balik kesulitan ada kemudahan.

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Ungkapan pepatah kuno.

Jakarta, 27 Mei 2024

*) Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles