Jakarta, Demokratis
Edwin Henawan Sukowati putra Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Sunawar Sukowati almarhum, tiba-tiba muncul dalam diskusi politik terpanas di ibukota.
PDI pernah melahirkan Megawati sebagai anggota DPR RI pada era orde baru saat PDI dipimpin oleh Suryadi yang kemudian menjadi rival politik hingga sampai akhir hayatnya.
Sangat bertolak belakang dengan undangan yang dilayangkan langsung oleh Ketua Umum PDI P Megawati kepada Prabowo Soebianto Ketua Umum Gerindra sebagai peserta pembukaan Kongres PDI P yang digelar Kamis di Propinsi Bali dari tanggal 8 – 12 Agustus 2019.
Edwin sendiri malah tidak banyak tahu dengan agenda PDI P yang akan menggelar Kongres di Bali setelah pemilihan Presiden 7 April 2019 yang lalu.
“Biar saja. Saya bukan anggota (PDI P- red) sudah tak menjalankan idiologi Soekarno. Nanti kita bicara lagi,” ujar Edwin Henawan Sukowati singkat dan ringan saat berada di Rumah Guntur, rumah kedaulatan rakyat di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (7/8) lalu.
Tak ada wajah dingin lagi dari aura Edwin. Edwin pada Kongres PDI tahun 1995 di Surabaya adalah berasal dari kubu yang menolak Megawati sebagai ketua partai terpilih pada saat itu.
Puncaknya pada pemilu 1999, Edwin mendirikan Partai Nasional Demokrat. Sedang Megawati mendirikan PDI Perjuangan sebagai kelanjutan PDI yang pernah dipimpin Sunawar Sukowati ayahanda Edwin.
Di rumah kedaulatan rakyat, sebelumnya, Edwin menjadi pembicara bersama Sri Bintang Pamungkas “Musuh Suharto” dalam diskusi yang digelar dengan tema : NKRI Mau Kemana.
Idiologi Soekarno muncul kembali dengan gagah berani di Pemilu tahun 1982 pada saat Pemilu diikuti oleh tiga partai politik PPP, Golkar, dan PDI saat dipimpin Sunawar Sukowati lengkap dengan membawa hewan banteng hidup setiap masa masa kampanye.
Ketika itu simpul-simpul suara PDI yang dikenal sebagai tempat basis anak-anak idiologis Soekarno. Apabila jika tiba masa kampanye selalu tampil dengan membawa-bawa poster raksasa Soekarno almarhum, yang pertama kali pada pemilu 1982 itu.
Pada Pemilu sebelumnya ajaran Soekarno sempat dilarang termasuk fotonya oleh oknum di pemerintahan. Bahkan pada pemilu 1971 PNI sebagai salah satu cikal bakal PDI kemudian jadi PDI P, perolehan suaranya turun anjlok dari hasil pemilu 1955 yang sudah tampil menjadi pemenang Pemilu 1955. (Erwin Kurai)