Sabtu, November 23, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kebencian

Munculnya logika simbolik berpikir bahwa tidak ada hubungan antara berpikir dan kebencian mungkin perlu dikaji. Alasannya sekarang ini muncul fenomena kebencian yang menjadi-jadi. Yang boleh dikatkan sedang merajalela, antar kaum, antar suku dan antar bangsa. Fenomena berpikir yang juga bawaan manusia ternyata tidak selalu hadir perannya.

Kita maklumi bawaan manusia yang selain kebencian adalah berpikir. Luasan makna atau padanan kata benci adalah khizid dengki. Apakah mahluk manusia mahluk berpikir telah dihabisi golongan manusia mahluk kebencian?

Fakta adanya kebencian dalam masyarakat kian menjadi-jadi alias meningkat saja, yang menjadikan masyarakat sakit dan pecah berderai (broken). Hal ini muncul dalam ujaran bahasa yang vulgar, buruk dan marah. Jika saja terus berkelanjutan tanpa ada upaya mengatasi hal itu maka masa depan peradaban akan berantakan. Harapan kita hal demikian tidak terjadi. Bangsa Indonesia jangan sampai jadi masyarakat berantakan.

Ambil misal seperti terjadi di Lebanon, Timur Tengah, saat ini masyarakatnya berantakan karena pecah dan saling membenci. Antar fraksi bertikai dan marah. Fakta ledakan di Beirut, wujud kebencian antar fraksi.

Ketika saya tanyakan kepada seorang kenalan saya Mr Fadhil seorang diplomat senior yang juga cendekiawan Irak dari Bagdad tentang masyarakat yang saling membenci, ia setuju pada pendapat saya.

Dalam pandangannya ini adalah sebuah kenyatan masyarakat. “It is reality,” katanya. Di sana orang saling benci antar sesama.

Mesir, negara penting kesohor di Timur Tengah tidak terhindar juga realitas kebencian antar sesama. Berita ini dikutip dari Al Ahram.

Dengan demikian membiarkan kebencian adalah malapateka. Sama halnya membiarkan akal pikiran tidak berfungsi identik dengan sumber malapetaka.

Seperti di-blow-up harian Al Ahram Mesir, 27 Juni 2019, menarik untuk dipahami kembali. Mesir sedang ditimpa meledaknya suasana kebencian dan pertikain. Yang diawali Revolusi Januari lima belas tahun lalu. Yaitu tentang ambil alih kekuasaan oleh jenderal unsur militer Mesir menggantikan Presiden Mursi.

Nampaknya kebencian itu bernuansa politik, kekuasan. Kebencian karena kuasaan atau kekuasan membawa kebencian. Di sinilah urgennya pandangan Islam. Masalah kebencian. Yang oleh Imam Ghazali disebutkan ada seratus hadis tentang kebencian. Tafsir Ibnu Khatsir juga menguraikan hal tersebut melibatkan pendangan agama sedang marak terjadi.

Di Indonesia nuansa kebencian terjadi juga. Seumpama soal Pilkada Kota Solo Gibran mengembangkan kebencian dengan ujaran yang tidak sehat dalam ide besar peradaban bangsa.

Satu pihak melontarkan Gibran sebagai bagian konsep dinasti politik karena putra Presiden Joko Widodo. Sebaliknya pihak yang lain tidak menentang konsep ini karena hak asasi manusia mendapat kesempatan yang adil.

Bagaimana manusia dapat menggunakan fungsikan pikirannya di kala kebencian sedang tiba. Ini persoalannya. Artinya karena manusia berpikir ia dapat menyelesaikan problem termasuk mengatasi kebencian.

Menarik untuk mengutip Jyoty Tonhaam dalam opininya di New York Times edisi 11/8/20 menyatakan tentang sebuah malapetaka.

Ia percaya ada bawaan yang salah dari manusia, dari sebuah kumpulan seperti adanya anasir terkutuk dalam kumpulan dunia kerja. Itulah yang ia sebut evil corporate. Ia menolak hal itu. Ia mengajukan upaya pendekatan kerja yang tepat untuk mencapai posisi kerja yang baik (can gig worker be good work).

Dengan demikian membiarkan kebencian adalah malapateka. Sama halnya membiarkan akal pikiran tidak berfungsi identik dengan sumber malapetaka.

Artinya tidak boleh dibiarkan. Meskipun pikiran dan kebencian tidak ada hubungan. Tetapi bagi kepentingan manusia, untuk kerja yang baik kedua unsur itu yakni pikiran manusia dan kebencian perlu dikelola secara masing-masing dengan bertanggung jawab.

Jakarta, 17 Agustus 2020

*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles