Selasa, Desember 10, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kudeta Kekerasan di Myanmar

Konflik berdarah pasca kudeta di Myamar terus saja membawa suasana tak menentu. Banyak sudah korban berjatuhan dan juga terjadinya pengungsian besar-besaran. Sejauh ini sudah 1.000 rakyat Myanmar melarikan diri ke India. Selain itu, sekitar 40 orang wartawan lokal maupun asing ditangkap oleh penguasa militer Myanmar.

Seperti diketahui bahwa kudeta militer Myanmar yang dipimpin oleh Jenderal Min Sun Hiong pada tanggal 1 Februari 2021 lalu menggulingkan pemerintah yang sah di bawah Aung San Suu Kyi merupakan tragedi kemanusiaan. Sampai saat ini militer menghadapi rakyat sipil tidak bersenjata masih terus berlangsung. Menurut berita terakhir, sudah 261 orang yang tewas.

Tindakan kekerasan bersenjata terhadap sipil telah dikecam masyarakat dunia dengan menjatuhkan sanksi terhadap pemerintahan militer Myanmar tersebut. Sejak 22 Maret seperti yang dilakukan Uni Eropa menetapkan sanksi pembekuan aset dan visa terhadap Myanmar (AFP 22/3/21).

Presiden Indonesia Joko Widodo menyerukan agar diadakan Pertemuam Tingkat Tinggi (KTT) kepala negara dan pemerintahan ASEAN untuk menyelesaikan konflik berdarah Myanmar. Pertemuan tingkat tinggi negara ASEAN itu sesuai dengan tradisi ASEAN dalam rangka mengukuhkan kesapakatan high level meeting (HLM) yang power full (Sindo News 19/3/21).

Hal yang sama juga datang dari Muhyiddin Yassin Perdana Menteri (PM) Malaysia menyatakan keprihatinan terhadap situasi di Myanmar dengan banyaknya korban tewas dan yang cedera terutama masyarakat sipil. Pemerintah Malaysia menyatakan agar segenap tindakan kekerasan itu segera dihentikan.

Dalam siaran pers resmi PM Malaysia menyesalkan sikap rakyat Myanmar yang menghancurkan rasa senasib sesama, berubah jadi kekerasan dan kekejaman. Malaysia, kata pernyataan tersebut, memandang rakyat Myanmar dengan rasa persudaraan, minta solusi diusahakan dengan penuh damai. Menjauhkan kekerasan, pengrusakan, serta permusuhan.

Semua ini berdasar pada budaya dan komitmen ASEAN menjunjung tinggi perdamaian serta keamanan untuk kesejahteraan. Semangat itu diperkuat oleh pernyataan Presiden Republik Indonesia bahwa Myanmar hanya dapat diselesaikan dengan kebersamaan ASEAN.

Sebagaimana diketahui, pergolakan di Myanmar yang bernama Burma itu dipicu oleh hilangnya rasa kebersamaan antar sesama rakyat Myanmar. Ditambah pengaruh asing mengintervensi pada penduduk lokal dalam pengelolaan ekonomi berbasis beras dan produk pertanian. Secara sepesifik di Myanmar ada tanaman candu menjadi sumber ekonomi penting yang jadi biang konflik negara tersebut.

Di atas semua itu, krisis itu menggangu stabilitas ASEAN terutama dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Akibatnya akan menimbulkan permasalahan pengungsi ke Indonesia dan Malaysia.

Jakarta, 24 Maret 2021

*) Masud HMN adalah Doktor Ketua Pusat Kajian Peradaban Melayu (PKPM) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles