Upaya menyatukan sikap bagi kumpulan oposisi Malaysia atau kelompok pembangkang merancang rencana baru untuk menjatuhkan Kerajaan di bawah Perdana Menteri Muhyidin Yassin yang kini berkuasa tidak berjalan mulus karena adanya pertikaian intern. Akankah kelompok pembangkang mampu menyatukan langkah atau tidak, terus ditunggu. Yang pasti suasana politik di Malaysia dirundung spekulasi.
Dirundung spekulasi? Ya, karena kondisi demikian diindikasikan oleh kemarahan Presiden Pakatan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim kepada rekannya Setia Usaha Partai DAP Guam Eng dan Mat Sabu Partai Amanah lantaran pernyataannya bahwa Anwar Ibrahim melakukan langkah senyap dengan ahli perlemen Partai UMNO (Malaysianow, 18/12/20). Guan Eng dan Mat Sabu meragukan keberhasilannya merujuk kepada kegagalan sidang Dewan Rakyat akhir November lalu.
Pihak partai pembangkang sejatinya memang berusaha keras mencari koalisi sejati. Harus berusaha melawan Kerajaan yang berkuasa dengan hanya perbedaan tipis. Yaitu Kerajaan dengan 111 kursi perlemen dan pembangkang 92 kursi.
Sampai di sini tampaknya ada muncul silang pendapat, ke pihak mana kerjasama harus dilakukan. Apakah ke pihak partai UMNO dengan dukungan Zahid Hamidi dan Najib Razak yang ditempuh Anwar Ibrahim sekarang ini.
Atau pendekatan pihak yang lain yaitu kerjasama dengan partai Warisan Serawak dan Partai Bersatu seperti yang digagas oleh Mat Sabu dan Eng Guan. Jika saja salah satu dari pilihan itu tercapai dalam arti terjadi kesepakatan, maka partai pembangkang dapat berkuasa secara mayoritas mengganti Muhyidin Yassin.
Jika salah satu atau dua-duanya koalisi diambil sesungguhnya dapat saja dilakukan. Sebab dukungan itu akan mengkuat kuasakan Pakatan Harapan dalam mencapai tujuannya. Namun demikian ada terdapat sedikit problem yang menjadi sengketa intern PKR hari ini yang dapat diuraikan seperti berikut:
Pertama, faktor Anwar Ibrahim lebih percaya kepada kelompok UMNO yang dipengaruhi oleh mantan Perdana Menteri Najib Razak dan Zahid Hamidi Ketua UMNO sekarang. Yang pada dasarnya amat familiar dengan Anwar Ibrahim. Sementara itu kurang yakin dengan Partai Warisan Serawak dan Partai Amanah dimana kedua partai itu amat dipengaruhi Dr Mahathir Mohammad. Sebagaimana diketahui Anwar Ibrahim punya trauma masa lalu dengan Dr Mahathir Muhammad termasuk kaitan perkembangan naiknya Muhyidin Yassin menjadi Perdana Menteri sekarang ini.
Kedua, hambatan yang tidak memungkinkan kerjasama dengan partai Warisan Serawak dan Amanah karena partai kecil dan internnya tidak atau belum stabil. Ini menjadi alasan bagaimana mungkin untuk bekerjasama dengan kondisi yang intern partai tidak stabil itu. Sebagai partai oposisi atau partai pembangkang tentu teman koalisi yang diinginkan adalah kuat dan punya dukungan luas di kalangan akar umbi.
Dengan dua penjelasan tersebut, PKR tiba dalam satu masa yang memerlukan kepiawaian politik menentukan masa depannya. Dapat dipahami mengapa Anwar Ibrahim menunda musyawarat kelompok oposisi sementara waktu. Seperti dinyatakan oleh Setia Usaha Pakatan Harapan, Xavier Jayakumar kita harus mendukung Anwar Ibrahim karena figurnya yang tegar dan kuat sebagai Presiden Gerakan Oposisi Malaysia saat ini.
Di atas itu semua, kita berpendapat oposisi meski berpeluang memanfaatkan UMNO yang dilanda masalah intern antara mau ke oposisi atau tetap kompak dalam mendukung Kerajaan sekarang. Semua ini bersifat spekulasi. Termasuk juga bekerja sama dengan Partai Amanah dan Partai Warisan Serawak itu juga kurang jelas. Lalu mengapa repot amat harus berspekulasi, bukankah lebih baik hentikan itu semua dan dukung saja PM Muhyidin Yassin sekarang, sambil menunggu pemilihan raya yang akan datang tidak lama lagi. Wallahu a’lam bishawab.
Jakarta, 18 Desembes 2020
*) Penulis adalah Doktor Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail masud.riau@gmail.com