Bogor, Demokratis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) terus menggiatkan program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) melalui Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI).
Program ini merupakan lanjutan dari program P4-ISDA yang telah dilaksanakan sejak tahun 2013, lalu berganti nama menjadi P3-TGAI atau yang lebih dikenal dengan Program Padat Karya Tunai, walaupun demikian maksud dan pelaksanaannya hampir sama yaitu untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat Petani Pemakai Air (P3A) dalam kegiatan perbaikan, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi sesuai dengan kebutuhan dan prinsip kemandirian.
P3-TGAI merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja irigasi desa guna kesejahteraan petani, peningkatan ekonomi masyarakat sekitar, serta berkontribusi untuk mendukung ketahanan pangan.
Program P3-TGAI tersebut terus digalakkan ke berbagai daerah di Indonesia, satu di antaranya adalah di wilayah Kabupaten Bogor, program tersebut dijalankan oleh Balai Besar Wilayah Sungai BBWS Citarum.
Ketua Korlap P3A M Subhan menyampaikan bahwa di wilayah Kabupaten bogor ini ada 30 lokasi di tiga kecamata yaitu Kecamatan Tanjungsari, Cariu dan Jonggol.
Pekerjaan yang dilakukan yaitu perbaikan saluran irigasi tersier, peningkatan layanan saluran irigasi dari saluran tanah menjadi saluran pasangan beton ataupun batu kali.
“Program ini secara ekonomi dapat menambah penghasilan para petani yang sedang menunggu panen, melalui upah harian dari pengerjaan program P3-TGAI. Selain itu potensi kehilangan air di saluran irigasi bisa berkurang, sehingga air bisa optimal masuk ke sawah-sawah petani dan berdampak pada meningkatnya produksi dari padi tersebut,” jelas M Subhan.
Beliau berharap program P3-TGAI semakin terus digalakkan kedepannya, karena sangat membantu para petani di berbagai daerah yang punya keterbatasan dana untuk memperbaiki saluran tersier (dari semula saluran tanah menjadi lining dari pasangan batu) milik mereka, sehingga pasokan air untuk sawah bisa tetap terjaga.
Salah seorang P3A yang enggan disebut namanya menyampaikan bahwa tanah yang ada di desanya cukup subur, namun karena saluran irigasinya belum permanen, air yang masuk ke areal persawahan atau perkebunan tidak teratur dan maksimal. Apabila musim hujan, airnya menggenangi area persawahan, dan kalau musim kemarau, saluran kering tidak ada air.
“Dengan dibangunnya saluran irigasi permanen ini, hasil panen kami (para petani) meningkat, dan tidak ada lagi petani yang mengalami gagal panen,” tuturnya.
Bukan hanya dari pihak kalangan petani saja, bahkan dari kalangan LSM juga mengapresiasi dengan adanya bangunan irigasi tersebut, salah satunya Ketua LSM Kaliber/wartawan Buser Wawan G. Ia berharap kedepannya bukan hanya kecamatan itu saja yang dibangun saluran irigasinya, tapi mencakup semua saluran irigasi yang ada di wilayah Kabupaten Bogor.
“Karena saluran irigasi yang bertujuan untuk memastikan dan menjamin pasokan air yang masuk ke sawah cukup dan teratur, sehingga produksi tani bisa terus meningkat, yang diharapkan bisa mendukung swasembada pangan di negeri ini,” pungkas Wawan. (Ade S)