Jakarta, Demokratis
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menyatakan program Diploma 2 (D2) Fast Track/Jalur Cepat bisa mengurangi angka pengangguran lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Lewat program itu, lulusan SMK akan diperkuat secara keterampilan teknis maupun nonteknis yang tepat sasaran dengan kebutuhan mitra industri.
“Kalau D2 Fast Track berhasil maka semakin banyak anak-anak SMK yang bisa BMW yaitu bekerja, melanjutkan studi, dan wirausaha. Insyaallah bisa mengurangi angka pengangguran lulusan SMK,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbudristek, Wikan Sakarinto, dalam acara bincang pendidikan secara virtual, Kamis (27/5/2021).
Wikan menjelaskan SMK D2 Fast Track merupakan program link and match antara pendidikan vokasi dan industri dengan masa belajar total 4,5 tahun, yaitu 3 tahun di SMK ditambah 1,5 tahun (3 semester) di perguruan tinggi dan industri.
Kurikulum untuk program D2 Fast Track disusun bersama antara SMK, perguruan tinggi vokasi, dan mitra industri.
Wikan mengatakan, lulusan D2 ditargetkan menjadi operator atau teknisi sehingga masa belajar tidak terlalu lama. Industri juga akan diuntungkan karena bisa mendapatkan tenaga kerja secara cepat dengan keterampilan sesuai kebutuhan.
“Misalnya, welding atau pengelasan, kalau menunggu lulusan D3 terlalu lama karena butuh 3 tahun. Sekarang cukup 1 semester training di kampus, tapi selama 3 tahun di SMK sudah dilatih mengelas juga, jadi sudah ahli,” kata Wikan.
Siswa SMK D2 Fast Track mendapatkan keunggulan karena diajar oleh 3 guru sekaligus yaitu guru dari SMK, perguruan tinggi, dan industri. Dari sisi industri, penyusunan kurikulum bisa disesuaikan dengan harapan industri sehingga nantinya siswa SMK bisa langsung direkrut sebagai karyawan.
Menurut Wikan, program SMK-D2 Fast Track yang merupakan bagian dari program Kampus Merdeka Vokasi bertujuan memperkuat link and match antara pendidikan vokasi dan industri.
“Filosofi Kampus Merdeka di pendidikan tinggi adalah link and super match. Intinya kepuasan dan kebutuhan nyata dunia kerja seperti apa, kita supply,” tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengumumkan insentif berupa dana kompetitif dan dana padanan (matching fund) untuk kampus vokasi. Bagi kampus yang bersedia membuka program SMK D2 Fast Track bersama dengan SMK dan industri bisa mengusulkan dana kompetitif.
Nadiem menargetkan dana kompetitif untuk 50 program studi (prodi) SMK D2 Fast Track dan 80 prodi program D3 menjadi Sarjana Terapan (D4), sedangkan dana padanan bisa dimanfaatkan oleh 59 kampus vokasi. (Red/Dem)