Senin, November 25, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sebanyak 14 Juta Anak Ayam Dimusnahkan Perusahaan Besar Agar Harga Mahal?

Jakarta, Demokratis

Raksasa perusahaan industri ayam ternak potong dan petelur yang dikuasai oleh sebanyak 12 perusahaan modal asing (PMA) ayam yang memiliki pabrik pakan ternak terintegrator yang keberadaannya sudah lama sekali berdiri dan menguasai pangsa pasar terbesar sampai 90 persen selalu berhadap hadapan dengan peternak ayam tradisional yang terus dibonsai, sampai banyak yang tutup atau gulung tikar karena sudah tidak sanggup lagi bersaing dengan PMA ayam.

“Ternyata PMA ayam itu belum apa-apa sudah minta perlindungan kepada pemerintah saat muncul isu akan masuknya ayam murah dari Brazil,” kata Hartono salah satu pelaku usaha peternakan ayam tradisional saat ditemui di Jakarta, Kamis (5/9/2019).

“Prakteknya PMA ayam itu ternyata cengeng,” tegasnya. Namun sebaliknya saat mereka berhadapan dengan petani ayam tradisional.

“Sudah banyak sekali peternak ayam tradisional kita yang bangkrut karena dominasi PMA ayam itu tadi, yang tidak mau jualan ayam di pasar ekspor dikarenakan tidak laku pasti, sebab harga ayamnya paling mahal dibandingkan dengan harga ayam impor,” tukas Hartono.

Yang mengherankan lagi dari raksasa 12 PMA ayam pelaku peternakan broiler, masih tergantung impor Grand Parent Stock (GPS), indukan ayam asalan dari Amerika Serikat yang dimonopoli oleh PT AVIA dan PT COUB yang berpusat di Amerika.

Kuota impornya diatur oleh Menteri Pertanian untuk PMA dan satu BUMN PT Berdikari milik negara. Dilakukan sekali dalam setahun pada bulan Oktober kusus impor GPS usia 6 bulan. Yang kemudian diproduksi massal di dalam negeri dalam jumlah jutaan anak ayam usia satu hari.

“Sekarang saya baru tahu jika saat tiba dibudidayakan oleh petani ayam tradisional. Pada prakteknya petani ayam kita hanya cuma menjadi jongos dari PMA ayam,” ungkap Fauzan Ketua BEM IPB seusai mendampingi petani ayam tradisional dari Bogor saat mengadukan nasibnya kepada Komisi VI DPR yang membidangi perdagangan.

Petani ayam tradisional kita, katanya lagi, ternyata tidak menjadi tuan di negerinya sendiri. “Tidak sejalan dengan program Presiden Jokowi yang akan melahirkan jutaan pengusaha pemula tapi nyatanya hanya cuma jadi jongos,” tandas Fauzan.

“Kami mahasiswa Fakultas Pertanian sekarang artinya juga tidak punya masa depan karena nantinya akan hanya dijadikan jongos oleh asing. Apabila terjun bergelut di sektor peternakan tradisional ayam broiler sebab negara belum berdaulat,” gugatnya.

Secara ekonomi, lagi pula mana bisa BUMN PT Berdikari sebagai pemain pemula di sektor ayam, yang sebelumnya perusahaan itu sempat mati suri. Hanya cuma dengan menguasai pangsa sebesar 10 persen pasar ayam.

“BUMN Berdikari akan bisa mengintervensi pasar harga ayam yang mayoritas pemainnya adalah perusahaan asing. Jangan heran jika harga ayam akan tidak wajar,” kata Wakil Ketua VI DPR dari Fraksi Partai Demokrat Azam Asman Natawijana.

Diduga sejumlah perusahaan produsen anak ayam berusia sehari, sejak pekan lalu telah memutuskan membunuh jutaan bibit anak ayam untuk mengurangi suplai dengan harapan agar harga ayam tidak jatuh di pasaran.

Untuk informasi harga ayam impor dari Brazil dijual seharga US $ 1,2 per Kg atau sama dengan Rp 18 ribu per Kg. Sementara harga jual ayam produsen PMA ayam di pasar masih Rp 35 ribu per Kg. Dari biaya pokok produksi, HPP Rp 18.500 per Kg.

Bulan lalu harga jual ayam di kandang masih berada di kisaran sekitar Rp 12.000 per Kg. Namun, tiba-tiba sepekan terakhir harganya anjlok dengan munculnya isu impor ayam Brazil yang lebih murah.

Puncaknya harga ayam di kandang sampai turun jadi Rp 8.000 per Kg dengan alasan PMA ayam sedang kelebihan pasokan produksi ayam.

Tragisnya petani ayam tradisional tidak bisa berkutik dalam menghadapi harga pokok produksi PMA ayam, karena PMA terus menekan biaya produksi sebab PMA masih bisa mengendalikan biaya murah dengan mengontrol dari sejak bibit ayam, pakan, rumah potong dan penjualan yang terintegrasi.

Sementara petani ayam tradisional tergantung pada bibit dan pakannya dari PMA ayam integrator tersebut.

“Kami sedang akan upaya agar petani ayam tradisional bisa hidup dan bisa bersaing dengan PMA ayam jika harga jagung diturunkan sebagai makanan utama ayam broiler,” papar Fauzan.

Pemerintah lewat peraturan Menteri Perdagangan sudah menetapkan harga ayam potong pada harga acuan Rp 20.000 per Kg.

Mengapa pada prakteknya harga jual ayam di pasar Rp 35.000 per Kg, karena masih harus menempuh 4 jalur distribusi lagi untuk bisa sampai di tangan konsumen, yang konsekuensinya harus menambah ongkos baru.

Ini harga tak berbeda jauh dengan harga ayam di pasar becek atau di pasar tradisional pada harga Rp 32.000 per Kg.

PMA ayam yang menguasai pasar adalah PMA ayam dari negara Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Indonesia sendiri.

Dalam tempo satu hari, PMA yang menguasai pasar ayam potong menghasilkan bibit ayam sebanyak 70 juta sampai 80 juta anak ayam usia satu hari.

Supaya agar harga ayam tidak turun drastis, sejak migggu lalu sebanyak 14 juta anak ayam usia satu hari dimusnahkan oleh produsen anak ayam yang diproduksi oleh PMA ayam atau peternakan ayam besar. Sebagai salah satu cara untuk dapat untung besar dari ayam broiler. (Erwin Kurai)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles