Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sejarah Eksekusi Presiden Irak Saddam Hussein

Saddam Hussein merupakan tokoh pemimpin yang cukup dikenal oleh masyarakat dunia. Bukan tanpa alasan, Presiden Irak yang menjabat lebih dari dua dekade ini sempat menjadi perbincangan karena konflik dan ketegangan yang terjadi selama pemerintahannya.

Selama masa kepemimpinannya, Saddam Hussein disebut sebagai presiden diktator. Di mana, di bawah pemerintahannya, sebagian masyarakat menikmati manfaat kekayaan yang diperoleh dari sumber daya minyak, namun sebagian masyarakat yang menentang harus menghadapi siksaan dan eksekusi.

Bukan hanya itu, konflik selama pemerintahan Saddam Hussein pun semakin berkembang. Terutama konflik sengit yang terjadi antara Irak dan Iran dengan latar belakang politik agama. Konflik ini pun membuahkan perang sengit selama bertahun-tahun.

Berbagai konflik yang terjadi pun berbuntut panjang hingga upaya penggulingan pemerintahan Saddam Hussein. Meskipun sempat berhasil kabur dari penangkapan, pada akhirnya pada peristiwa 30 Desember 2006, Saddam Hussein mati dengan hukuman eksekusi gantung yang dijatuhkan padanya.

Ini menjadi salah satu peristiwa sejarah penting dalam dunia kepemimpinan internasional yang perlu diketahui. Peristiwa ini bisa menjadi pelajaran bagi setiap masyarakat, terutama para pemimpin untuk berlaku bijak dalam masa pemerintahannya. Lalu seperti apa kisah lengkapnya?

 

Awal Kepemimpinan dan Sederet Konflik

Sejarah kematian Saddam Husein pada 30 Desember 2006 bermula dari konflik di awal kepemimpinannya. Saddam Hussein pertama menjadi Presiden Irak pada 16 Juli 1979 setelah menggulingkan pemimpin sebelumnya Al-Bakr. Kurang dari seminggu kemudian, dia memanggil majelis Partai Ba’ath.

Dalam pertemuan itu, daftar 68 nama dibacakan dengan lantang, dan setiap orang dalam daftar itu segera ditangkap, dinyatakan bersalah atas upaya makar, dan dijatuhi hukuman mati. Pada awal Agustus 1979, ratusan musuh politik Saddam telah dieksekusi.

Pada tahun yang sama ketika Saddam naik ke kursi kepresidenan, Ayatollah Khomeini memimpin revolusi Islam yang sukses di tetangga Irak di timur laut, Iran. Saddam, yang kekuatan politiknya sebagian bertumpu pada dukungan populasi minoritas Sunni Irak, khawatir bahwa perkembangan di Iran yang mayoritas Syiah dapat menyebabkan pemberontakan serupa di Irak.

Menanggapi hal tersebut, pada 22 September 1980, Saddam memerintahkan pasukan Irak untuk menyerang wilayah Khuzestan yang kaya minyak di Iran. Konflik segera berkembang menjadi perang habis-habisan, tetapi negara-negara Barat dan sebagian besar dunia Arab, yang takut akan penyebaran radikalisme Islam justru memberikan dukungan kuat di belakang Saddam, terlepas dari fakta bahwa invasi yang dilakukan terhadap Iran jelas melanggar hukum internasional.

Pada 20 Agustus 1988, setelah bertahun-tahun konflik sengit yang menewaskan ratusan ribu orang di kedua belah pihak, kesepakatan gencatan senjata akhirnya tercapai. Selesai konflik, Saddam mencari cara untuk merevitalisasi ekonomi dan infrastruktur Irak dengan mengalihkan perhatian pada tetangga kaya Irak, Kuwait.

Menggunakan pembenaran bahwa itu adalah bagian sejarah Irak, pada 2 Agustus 1990, Saddam memerintahkan invasi ke Kuwait. Sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB segera disahkan, menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Irak dan menetapkan batas waktu di mana pasukan Irak harus meninggalkan Kuwait.

Ketika batas waktu 15 Januari 1991 diabaikan, pasukan koalisi PBB yang dipimpin oleh Amerika Serikat menghadapi pasukan Irak, dan hanya enam minggu kemudian, Irak berhasil diusir dari Kuwait. Perjanjian senjata dan berbagai syaratnya telah disetujui.

 

Munculnya Pemberontakan dan Masa Kejatuhan Saddam

Sejarah kematian Saddam pada 30 Desember berlanjut meskipun konflik dengan Kuwait telah berakhir. Usai konflik pun Irak masih menghadapi masalah ekonomi. Kondisi ekonomi yang tidak menentu setelah perang memecah populasi Irak yang sudah terpecah. Selama tahun 1990-an, berbagai pemberontakan Syiah dan Kurdi terjadi. Sayangnya seluruh dunia takut akan perang lain dan tidak mendukung pemberontakan yang menuntut keadilan ini.

Pada saat yang sama, Irak juga tetap berada di bawah pengawasan internasional yang ketat. Pada tahun 1993, ketika pasukan Irak melanggar zona larangan terbang yang diberlakukan oleh PBB, Amerika Serikat meluncurkan serangan rudal yang merusak di Baghdad. Pada tahun 1998, pelanggaran lebih lanjut dari zona larangan terbang dan dugaan kelanjutan program senjata Irak menyebabkan serangan rudal lebih lanjut ke Irak.

Masalah lain berlanjut ketika pemerintahan Bush telah menduga bahwa pemerintah Hussein memiliki hubungan dengan organisasi al Qaeda Osama bin Laden. Pada akhir tahun 2002, PPB melakukan inspeksi terhadap situs-situs senjata yang dicurigai terlah dibangun oleh Irak. Namun hanya sedikit atau bahkan tidak ada bukti program semacam itu ditemukan.

Kemudian pada 20 Maret 2003, dengan dalih bahwa Irak sebenarnya memiliki program senjata rahasia dan merencanakan serangan, sebuah koalisi pimpinan AS menyerbu Irak. Dalam beberapa minggu, pemerintah dan militer Irak telah digulingkan, dan pada tanggal 9 April 2003, Baghdad jatuh. Sayangnya, pada saat itu Saddam berhasil lolos dari penangkapan.

 

Kematian Saddam 30 Desember 2006

Beberapa tahun sebelum kematian Saddam pada peristiwa 30 Desember, Saddam masih dalam misi pencarian intensif. Saat bersembunyi, Saddam merilis beberapa rekaman audio, di mana dia mengecam penjajah Irak dan menyerukan perlawanan. Akhirnya, pada 13 Desember 2003, Saddam ditemukan bersembunyi di sebuah bunker bawah tanah kecil di dekat sebuah rumah pertanian di ad-Dawr, dekat Tikrit.

Dari sana, dia dipindahkan ke pangkalan AS di Baghdad, di mana dia akan tinggal sampai 30 Juni 2004. Selama itu, Saddam mengikuti beberapa persidangan, kemudian Saddam terbukti menjadi terdakwa yang suka berperang, sering kali menantang otoritas pengadilan dan membuat pernyataan aneh.

Pada tanggal 5 November 2006, Saddam dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Hukuman itu diajukan banding, tetapi akhirnya dikuatkan oleh pengadilan banding. Pada tanggal 30 Desember 2006, di Camp Justice, sebuah pangkalan Irak di Baghdad, Saddam digantung, meskipun dia meminta untuk ditembak. Ia dimakamkan di Al-Awja, tempat kelahirannya, pada 31 Desember 2006. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles