Rabu, Mei 15, 2024

Sejarah Hari Perempuan Internasional

Hari Perempuan Internasional dirayakan pada 8 Maret setiap tahunnya. Ini menjadi salah satu peringatan yang dirayakan oleh hampir semua negara karena menjadi simbol pencapaian perempuan.

Perayaan ini digelar untuk meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan dan bisa menjadi momentum untuk menggalang dana bagi badan amal yang memang fokus menangani berbagai masalah yang kerap dihadapi perempuan.

Tahun ini Hari Perempuan Internasional mengambil tema Break The Bias. Tidak hanya tema, setiap Hari Perempuan Internasional dirayakan, warna khusus juga disematkan yakni ungu, hijau dan putih.

Ungu melambangkan keadilan dan martabat, hijau melambangkan harapan, dan putih mewakili kemurnian. Warna-warna tersebut berasal dari Women’s Social and Political Union (WSPU) di Inggris pada 1908.

 

Sejarah

Pada 1908 terjadi kerusuhan besar dan perdebatan kritis di kalangan perempuan. Penindasan dan ketidaksetaraan memacu perempuan untuk lebih vokal dan aktif mengkampanyekan perubahan.

Hingga kemudian, pada 1908 sebanyak 15.000 wanita berbaris dari New York City menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak suara.

Sebagaimana ditulis dalam website resmi International Women’s Day, Konferensi Internasional Perempuan Buruh kemudian diadakan di Kopenhagen pada 1910.

Seorang wanita bernama Clara Zetkin, Pemimpin ‘Kantor Wanita’ untuk Partai Sosial Demokrat di Jerman mengajukan gagasan tentang Hari Perempuan Internasional. Dia mengusulkan agar setiap tahun di setiap negara ada perayaan Hari Perempuan – untuk mendesak tuntutan mereka.

Konferensi lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, yang mewakili serikat pekerja, partai sosialis, klub pekerja perempuan, termasuk tiga perempuan pertama yang terpilih menjadi anggota parlemen Finlandia menyambut saran Zetkin dengan persetujuan bulat dan dengan demikian Hari Perempuan Internasional disepakati.

Menyusul keputusan itu, pada 1911, Hari Perempuan Internasional dirayakan pertama kali di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss yakni pada 19 Maret.

Lebih dari satu juta perempuan dan laki-laki menghadiri rapat umum Hari Perempuan Internasional yang mengkampanyekan hak perempuan untuk bekerja, memilih, dilatih, memegang jabatan publik dan mengakhiri diskriminasi.

Tetapi, kurang dari seminggu kemudian pada 25 Maret, ‘Segitiga Api’ yang tragis di New York City merenggut nyawa lebih dari 140 wanita pekerja, kebanyakan dari mereka adalah imigran Italia dan Yahudi. Peristiwa bencana ini menarik perhatian yang signifikan terhadap kondisi kerja dan undang-undang perburuhan di Amerika Serikat yang menjadi fokus acara Hari Perempuan Internasional berikutnya.

Pergolakan pun terus berlanjut, hingga menjelang perang Dunia I, perempuan Rusia merayakan Hari Perempuan Internasional pertama mereka pada 23 Februari. Setelah diskusi, Hari Perempuan Internasional disepakati untuk diperingati setiap tahun pada tanggal 8 Maret dan hari ini tetap menjadi tanggal global untuk Hari Perempuan Internasional.

 

Dirayakan PBB

Hingga 1975, untuk pertama kalinya, Perserikatan Bangsa-Bangsa merayakan Hari Perempuan Internasional. Kemudian pada Desember 1977, Majelis Umum mengadopsi resolusi yang menyatakan Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak-Hak Perempuan dan Perdamaian Internasional diperingati setiap hari sepanjang tahun oleh Negara-negara Anggota sesuai dengan sejarah dan tradisi nasional mereka.

Tak hanya itu, pada 1996 PBB mengumumkan tema tahunan pertama mereka untuk Hari Perempuan Internasional yakni “Merayakan masa lalu, Merencanakan Masa Depan” yang diikuti pada 1997 dengan “Perempuan di meja Perdamaian”, pada 1998 dengan “Perempuan dan Hak Asasi Manusia”, pada 1999 dengan “Dunia Bebas Kekerasan Terhadap Wanita”, dan seterusnya setiap tahun hingga saat ini.

Hingga kini, satu abad lebih Hari Perempuan Internasional dirayakan di hampir semua negara, berbagai perubahan yang cukup signifikan juga terus terjadi utamanya perubahan berkaitan dengan sikap dan pemikiran tentang kesetaraan dan emansipasi perempuan.

Dengan lebih banyak perempuan di ruang rapat, kesetaraan yang lebih besar dalam hak-hak legislatif, dan meningkatnya visibilitas perempuan sebagai panutan yang mengesankan dalam setiap aspek kehidupan, orang dapat berpikir bahwa perempuan telah memperoleh kesetaraan sejati.

Fakta yang disayangkan adalah bahwa perempuan masih tidak dibayar sama dengan rekan laki-laki mereka, perempuan masih tidak hadir dalam jumlah yang sama dalam bisnis atau politik, dan secara global pendidikan perempuan, kesehatan dan kekerasan terhadap mereka lebih buruk daripada laki-laki. Namun, perbaikan besar terus dilakukan bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional yang berusia satu abad lebih. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles