Peristiwa Rengasdengklok adalah kejadian penculikan Soekarno dan Mohammad Hatta yang terjadi pada 16 Agustus 1945 atau sehari sebelum kemerdekaan. Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang oleh sejumlah pemuda. Mereka didesak untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Para pemuda melihat peluang besar untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, Jepang yang saat itu menjajah Indonesia tengah berduka karena bom di Nagasaki dan Hiroshima.
Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok
Dalam buku Pintar Politik Sejarah, Pemerintah dan Ketatanegaraan (2009), peristiwa Rengasdengklok dilatarbelakangi kekalahan Jepang dari sekutu.
Saat itu pasukan Amerika Serikat meluncurkan serangan bom ke kota Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. Kejadian itu membuat semua pasukan Jepang di belahan dunia melemah.
Serangan bom susulan dari pasukan Amerika Serikat kembali terjadi tiga hari berselang, pada 9 Agustus 1945. Kali ini, bom atom tersebut menghancurkan kota Nagasaki. Dua bom besar ini membuat Jepang tunduk pada sekutu.
Mendengar kabar Jepang telah mengalami kekalahan, para pemuda Indonesia sangat berambisi untuk segera mengumumkan kemerdekaan.
Pada 12 Agustus 1945, utusan Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam mengatakan kepada Soekarno dan Hatta bahwa pemerintah Jepang akan memberi kemerdekaan untuk Indonesia.
Jepang ingin proklamasi dilakukan pada 24 Agustus. Dua hari setelah pulang dari Vietnam, Hatta menceritakan kepada Sutan Syahrir tentang hasil pertemuannya itu.
Setelah mengetahui hasil pertemuan di Vietnam, Syahrir mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
Menurut Syahrir, keinginan Jepang yang menunda-nunda itu hanya siasat semata sebagai tipu muslihat. Namun, Soekarno masih mengikuti kata Jepang.
Pada 15 Agustus 1945, para pemuda pun mengadakan rapat di rumah Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, untuk merumuskan pelaksanaan kemerdekaan yang dipimpin Chaerul Saleh.
Rapat tersebut menyatakan bahwa kemerdekaan sepenuhnya berasal dari keputusan rakyat Indonesia dan bukan dari Jepang. Hasil rapat ini disampaikan kepada Soekarno pada malam harinya.
Soekarno menolak rancangan para pemuda ini. Ia ingin proklamasi tetap dilakukan lewat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk Jepang.
Para golongan muda merasa kecewa atas jawaban dari Soekarno. Mereka lalu menculik Soekarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945 ke Rengasdengklok agar terhindar dari pengaruh Jepang.
Siasat menculik Soekarno dan Hatta bukan tanpa alasan. Salah satu orang yang berperan penting dalam penculikan tersebut adalah Shodanco Singgih, seorang anggota PETA (Pembela Tanah Air).
Di Rengasdengklok, Soekarno menyatakan dia bersedia menggelar proklamasi setelah dikembalikan ke Jakarta.
Dari putusan itu, Ahmad Soebardjo selaku tokoh penengah antara golongan tua dan muda, diutus menjemput Soekarno, Hatta, Ibu Fatmawati, dan Guntur Soekarnoputra dari Rengasdengklok.
Keesokan harinya tepat pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56.
Teks proklamasi tersebut diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang dipinjam dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman.
Pada 18 Agustus 1945, PPKI mengambil keputusan mengesahkan UUD sebagai dasar negara Republik Indonesia yang dikenal UUD 45.
Itulah sejarah peristiwa Rengasdengklok, peristiwa penting jelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. ***