Kamis, Oktober 3, 2024

Pedoman Berpolitik Bagi Seorang Muslim Ala Rasululah SAW

Islam tidak melarang umatnya untuk berpolitik, tapi Islam memberikan pedoman tata cara berpolitik yang diajarkan Rasullah SAW.

Pada suatu hari, Abu Dzar Al-Ghifari meminta kepada Rasulullah SAW agar diangkat menjadi seorang pejabat. Namun, Nabi Muhammad SAW menolaknya.

عن أبي ذرٍ رضي الله عنه، قال: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِي؟ قَالَ: فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَىَ مَنْكِبِي. ثُمّ قَالَ: يَا أَبَا ذَرَ إنّكَ ضَعِيفٌ وَإنّهَا أَمَانَةٌ، وَإنّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إلاّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقّهَا وَأَدّى الّذِي عَلَيْهِ فِيهَا

Sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu, kepadanya Rasulullah  SAW menasihati : Tidak, Abu Dzar, engkau orang lemah. Ketahuilah, jabatan itu amanah. Ia kelak di hari kiamat merupakan kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkannya dengan benar dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan benar pula (HR Bukhari).

Sabda Rasulullah SAW tersebut di atas mengacu kepada firman Allah SWT dalam  Al-Qur’an berikut ini :

قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ

Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya (QS. Al-Qashas Ayat : 26)

Berkaitan dengan hal itu, Imam Nawawi menyebutkan, bahwa Firman Allah SWT dan Sabda Rasulullah SAW di atas merupakan pedoman dasar dalam berpolitik yang harus dijunjung tinggi dan ditaati oleh semua muslim yang akan berpolitik, mengingat politik itu akan dapat menjadi sumber timbulnya malapetaka bila dijalankan oleh orang yang tidak mampu dan tidak bertanggung jawab.

Sebaliknya, kata Imam Nawawi : politik dapat pula menjadi ladang pengabdian dan amal saleh yang subur bagi orang yang mampu dan bertanggung jawab. Politik (kekuasaan) bukan sesuatu yang buruk. Ia ibarat pisau bermata dua : bisa menjadi baik dan bisa juga menjadi buruk.

Berpolitik bisa berdampak baik bila memenuhi tiga syarat, seperti disebut dalam hadis di atas, yaitu : (1) Berada di tangan orang yang tepat (capable), (2) Diperoleh dengan cara yang benar tidak dengan cara licik menebar fitnah, gibah dan hoax (acceptable), dan (3) Dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat (responsible).

Namun sayangnya, dalam percaturan politik, orang kerapkali bahkan selalu hanya bicara suatu hal, yaitu bagaimana merebut kekuasaan dan meraih tahta meskipun dengan mekhalalkan semua cara, bukan bagaimana menggunakan kekuasaan itu dan mempertanggungjawabkan sebaik-baiknya kepada rakyat dan terlebih kepada ALLAH SWT.

Bahkan secara sadar atau tidak, banyak orang yang menggunakan simbul-simbul agama sebagai tameng untuk membodohi rakyat yang kebetulan kemampuan berpikir dan nalarnya masih sangat sederhana, na’udubillah mindzalik.

Memamg, kekuasaan atau tahta sungguh sangat menggiurkan bagi orang-orang yang hidupnya didominasi nafsu. Sebab, dengan takhta, orang membayangkan dapat mencapai semua impian dan keinginannya. Menurut Imam Ghazali :  dibandingkan  harta, tahta jauh lebih menggoda. Mengapa demikian? Ada tiga alasan yang mendasarinya, yakni :

Pertama, kekuasaan dapat menjadi alat (wasilah) untuk memperbanyak harta. Dengan tahta, seorang bisa memperkaya diri. Tidak demikian sebaliknya. Orang yang telah menghabiskan seluruh hartanya, tidak dengan sendirinya ia bisa mencapai tahta.

Kedua, pengaruh kekuasaan relatif lebih kuat dan lebih lama. Harta, kata Imam Ghazali, bisa hilang karena dicuri atau berkurang karena inflasi. Tidak demikian dengan kekuasaan. Kekuasaan dalam arti pengaruh seorang pemimpin di hati para pengikut dan pendukungnya, tak akan pernah hilang dan berkurang.

Ketiga, kekuasaan menimbulkan dampak publikasi dan popularitas yang sangat luas. Begitu seorang memenangkan pemilihan umum, misalnya, maka namanya akan terkerek tinggi. Dalam sekejap, ia akan dikenal dan tersohor di seluruh negeri, bahkan di seluruh dunia. Tak heran bila kekuasaan terus diburu dan diperebutkan oleh manusia sepanjang masa. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles