Tapsel, Demokratis
Sekecil apapun nilai kutipan diberbagai sekolah negeri yang tidak jelas tujuan dan manfaatnya tetap identik dengan PUNGLI (Pungutan Liar).
Seperti penjelasan beberapa orangtua siswa yang tak mau disebut namanya kepada Demokratis, dimana di SDN 100714 Garoga Kec. Batang toru Kab. Tapanuli Selatan, saat siswa yang lulus tahun ajaran 2018/2019 harus mengeluarkan uang untuk STTB sebesar Rp. 50. 000,- s/d Rp. 60. 000,- / siswa secara bervariasi.
Juga ditambahkan para orangtua siswa dan masyarakat desa Garoga, bahwa pada penerimaan siswa baru Tahun Ajaran 2019/2020, animo masyarakat untuk mendaftarkan anaknya menjadi siswa baru di SDN 100714 Garoga sudah berkurang akibat banyaknya yang kurang berkenan atas kepemimpinan kepala sekolah disekolah itu, dimana desa Garoga berbatas dengan Kab. Tapanuli Tengah itu lebih memilih mendaftarkan anaknya menjadi siswa baru di SD Negeri Anggoli Kab. Tapanuli Tengah.
Ungkap beberapa warga kepada HP, juga masih ditambahkan oleh M. Suryandi P. kepada Demokratis, dimana sesuai pantauannya di SDN 100714 Garoga Kec. Batang toru Kab. Tapanuli Selatan bahwa kepala sekolahnya sudah luar biasa tega melakukan pungutan tebus STTB bagi siswa, sedangkan pemerintah pusat selalu berupaya membuat program untuk wajib belajar bagi anak bangsa dan menciptakan suasana keringanan bagi orangtua untuk menyekolahkan anaknya, namun kepala sekolah SDN 100714 Garoga tersebut diatas seolah-olah tidak peduli di kesulitan ekonomi rakyat saat ini yang tega melakukan pungutan yang disinyalir tidak resmi.
Masih pungkas Suryandi P, dimana jika melihat sekolah tersebut letaknya di pinggir jalan lintas provinsi yang juga berbatas dengan Kabupaten Tapanuli Tengah sangat perlu penataan keindahan sekolah. Tapi, kepala sekolah yang seorang wanita tidak mau tau atas wajah sekolah tersebut yang disambut di pintu masuk Gapura mempunyai perumahan guru dengan kaca jendela naco yang tambal sulam juga memamerkan wajah perumahan sekolah berdiri.
Di pinggir jalan lintas provinsi seakan perumahan tersebut sudah termakan usia dan atap hitam berkarat dan ditopang juga dinding busuk tak ubahnya. Bagaikan gudang rongsokan, sehingga warga yang lintas antar provinsi memandang aneh dan bertanya, apakah pandangan kepsek sebelah mata atau hanya mementingkan pribadi?
Menurut Suryandi P, bahwa wajah kepala sekolah hendaknya dipoles sesuai anggaran yang ada, tapi lain halnya, oleh karena itu agar bupati Tapsel mencopot kepsek yang berwajah cantik berwatak kotor yang tidak mau memajukan pendidikan, agar nantinya menempatkan kepsek yang berkualitas demi kemajuan pendidikan kedepannya ucap Suryandi P. (MH)