Senin, Desember 9, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Bandung Lautan Api

Hari ini, 23 Maret pada tahun 1946 silam, terjadi peristiwa penting dan bersejarah yang dikenal sebagai Bandung Lautan Api. Sekitar 200 ribu warga bersama para Tentara Republik Indonesia (kini TNI), membakar rumah dan harta benda mereka. Peristiwa ini menjadi catatan penting dan paling heroik yang dilakukan oleh rakyat dalam mempertahankan Republik Indonesia.

Bandung Lautan Api adalah satu dari sekian banyak aksi heroik yang mewarnai perjalanan hidup bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, aksi membakar rumah dan harta benda ini dianggap sebagai strategi paling tepat sebagai bentuk perlawanan terhadap tentara Sekutu di bawah komando Inggris.

Selain itu, aksi bumi hangus di Bandung pada saat itu juga dirasa paling ideal karena kekuatan pasukan RI tidak sebanding dengan kekuatan Sekutu dan Nica. Untuk mengenang peristiwa bersejarah ini, banyak sekali seniman yang mengabadikannya dalam berbagai bentuk karya seni seperti lukisan, puisi, lagu, hingga film. Tentu saja, hal ini untuk menghargai dan menghormati aksi heroik para pahlawan yang telah berkorban demi mempertahankan kemerdekaan RI.

Lantas, apa sebenarnya latar belakang peristiwa Bandung Lautan Api dan bagaimana kronologinya? Simak ulasannya yang dilansir dari kemdikbud.go.id:

Setelah proklamasi kemerdekaan RI, kondisi keamanan dan pertahanan Indonesia belum bisa dikatakan stabil. Sebab, beberapa daerah masih didominasi oleh perebutan kekuasaan dan pertempuran, salah satunya pertempuran Bandung Lautan Api.

Sebagaimana kita tahu, peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 menjadi salah satu momen penting dalam sejarah kemerdekaan RI. Peristiwa ini diawali dengan datangnya pasukan Sekutu di bawah Brigade MacDonald pada 12 Oktober 1945. Sekutu meminta seluruh senjata api yang dimiliki penduduk, kecuali milik Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Polisi diserahkan kepada Sekutu.

Bentrokan antara TKR dengan Sekutu tidak bisa dihindari dan membuat kondisi di Bandung semakin memanas. TKR dan badan-badan perjuangan lainnya melancarkan serangan terhadap markas-markas Sekutu di Bandung bagian utara. Tiga hari setelah penyerangan, MacDonald menyampaikan ultimatumnya untuk mengosongkan wilayah Bandung Utara.

Ultimatum untuk mengosongkan wilayah Bandung Utara tersebut harus dilaksanakan paling lambat pukul 12.00 tanggal 29 November 1945. Dengan adanya ultimatum tersebut, Sekutu membagi kota Bandung Utara menjadi wilayah kekuasaan mereka, sedangkan Bandung Selatan kekuasaan pemerintah RI. Semenjak pembagian kekuasaan tersebut, berbagai pertempuran terjadi, hal inilah yang nantinya menjadi penyebab meletusnya peristiwa Bandung Lautan Api.

Seperti yang sudah diketahui, peristiwa Bandung Lautan Api diawali dengan kedatangan pasukan Inggris pada 12 Oktober 1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, pasukan Inggris yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang ke Indonesia setelah menaklukkan Jepang pada Perang Dunia II.

Awalnya, kedatangan mereka hanya untuk membebaskan tentara Inggris dari tahanan Jepang. Namun, ternyata NICA membonceng tentara Inggris dan ingin menguasai Indonesia kembali. Tentu saja, terjadi perlawanan dari rakyat Indonesia atas hadirnya Belanda.

Akhirnya, kedatangan NICA dan Inggris disambut oleh rakyat Indonesia dengan caci maki dan serangan-serangan terhadap pasukan Inggris yang dianggap membantu NICA. Tak hanya itu, Kolonel MacDonald selaku panglima perang Sekutu memberikan ultimatum bahwa penduduk pribumi di Bandung Utara harus pindah ke selatan. Bahkan, jika ada penduduk pribumi di Bandung Utara yang masih bertahan, akan ditahan dan ditembak mati.

Ultimatum untuk meninggalkan Bandung Utara tersebut tidak digubris sama sekali oleh rakyat Indonesia. Pertempuran tak terhindarkan, beberapa pos Sekutu di Bandung menjadi sasaran penyerbuan. Angkatan perang RI juga melakukan penyerangan terhadap markas-markas Sekutu di Bandung bagian utara.

Letnan Jenderal Montagu Stopford selaku Panglima Tertinggi AFNEI di Jakarta, memperingatkan Perdana Mentri RI yaitu Soetan Sjahrir agar militer Indonesia meninggalkan Bandung Selatan sampai radius 11 kilometer. Merespons ultimatum tersebut, pada 24 Maret 1946, Tentara Republik Indonesia di bawah pimpinan Kolonel AH Nasution memutuskan untuk membakar atau membumihanguskan Bandung.

Sebelum mengungsi dan meninggalkan rumah, warga membakar rumahnya terlebih dahulu. Bahkan, pasukan TRI memiliki rencana yang lebih besar lagi, yaitu akan membakar Bandung secara total pada 24 Maret 1946 pada pukul 24.00, namun rencana ini gagal karena pada pukul 20.00 dinamit meledak di Gedung Indische Restaurant. (*)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles