Denpasar, Demokratis
Seorang ibu rumah tangga warga Subagan, Karangasem, Bali, BE (48) ditangkap aparat Krimsus Polda Bali pada 24 September 2025 lalu karena diduga melakukan praktik pengoplosan gas subsidi dari tabung 3 Kg ke tabung 12 Kg dan 50 Kg di sebuah gudang di Kelurahan Subagan, Karangasen, Bali.
“BE kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan untuk menjalani pemeriksaan,” kata Dirreskrimsus Polda Bali Kombes Teguh Widodo kepada pers, Selasa (30/9/2025), di Denpar.
Didampingi Kabid Humas Polda Bali Kombes Ariasandy, Teguh membeberkan, penangkapan ini berawal dari adanya informasi masyarakat soal kelangkaan gas elpiji tabung 3 Kg. Menyikapi hal ini, lanjut Teguh, petugas kemudian melakukan penyelidikan dan akhirnya berhasil membongkar praktik pengoplosan gas elpiji di salah satu gudang di Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Bali.
Dia menjelaskan, selain BE, petugas juga menggiring dua karyawan BE berinisial B dan WK ke Polda Bali untuk dimintai keterangan sebagai saksi. “Yang telah ditetapkan sebagai saksi BE, sedangkan dua lainnnya sebagai saksi,” papar Teguh seraya menambahkan, dalam penggerebekan itu juga disita ratusan tabung gas ukuran 3 Kg, 12 Kg dan 50 Kg serta satu unit mobil pick up.
Tersangka BE, menurut Teguh, dijerat dengan pasal 55 UU No. 22 Tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi yang sudah diubah dalam pasal 40 angka 9 UU No. 6/2023 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti UU No. 2 tahun 2022 tentang cipta kerja. Adapun ancaman hukumannya 6 tahun penjara dan denda paling tinggi Rp 60 miliar.
Teguh lebih lanjut mengatakan, dalam aksinya tersangka BE membeli gas melon (ukuran 3 Kg) seharga Rp 20 ribu. Gas ini lalu dioplos ke tabung 12 Kg dan 50 Kg. Setelah dioplos, gas 12 Kg dijual seharga Rp 180 ribu per tabung, sedangkan gas 50 dijual seharga Rp 700 ribu per tabung.
“Tersangka BE mengaku sudah melakukan praktik pengoplosan ini sejak Mei 2025 lalu dan mendapat keuntungan sekitar Rp 50 juta per bulan,” tandasnya. (GT)
